Penjelasan Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Para Ahli

Apa itu teori agensi atau teori keagenan (agency theory)? Pada dasarnya, teori keagenan adalah sebuah konsep yang muncul karena adanya hubungan antara suatu pihak sebagai prinsipel dan pihak lain sebagai agen. Hubungan ini berkaitan dengan penyediaan jasa dari agen sehingga prinsipel sebagai “penyewa” akan mendelegasikan wewenang kepada agen.

Makalah Agency Theory berikut ini akan menjelaskan lebih detail. Ini mencakup hukum, hubungan, konflik dan masalah, dan biaya keagenan. Selain itu, ada pula pembahasan tentang cara mengatasi masalah keagenan dan akuntabilitas agensi.

Hukum Keagenan (The Law of Agency)

Agen adalah orang yang bertindak atas pihak lain (baca: prinsipel). Sebagai contoh, agen penjual bertindak atas nama produsen, untuk menjual barang atas nama produsen. Selain itu, broker saham adalah agen yang bertindak atas nama klien (prinsipel) dalam melakukan transaksi jual beli saham atas nama klien. Pada intinya, agen bertindak atas nama prinsipel, dan mengikat prinsipel pada perjanjian dan transaksi.

Dalam hukum perusahaan, direksi adalah pihak yang bertindak sebagai agen perusahaan. Dewan direksi secara keseluruhan, dan direktur individu, punya wewenang untuk mengikat perusahaan dengan perjanjian kontraktual dengan pihak lain. Karena sebagian besar kekuasaan untuk bertindak atas nama perusahaan diberikan kepada dewan direksi, manajemen perusahaan, dalam hal ini direktur, memiliki wewenang luas dalam memutuskan dan mengambil kebijakan perusahaan.

Kedudukan direksi yang terlalu kuat akan menimbulkan pertanyaan tentang penggunaan kekuasaan, karena pemilik perusahaan (baca: pemegang saham) dan direksi adalah dua pihak yang berbeda.

  • Bagaimana pemilik perusahaan dapat memastikan bahwa direksi bertindak dalam kepentingan terbaik pemegang saham?
  • Jika direksi bertindak dengan cara yang tidak disetujui oleh pemegang saham, apa yang dapat dilakukan pemegang saham untuk membuat direksi bertindak berbeda?

Tugas Fidusia Direksi

Sebagai agen perusahaan, direksi punya kewajiban fidusia kepada perusahaan. Kewajiban fidusia adalah tanggung jawab berbasis kepercayaan. Seorang direktur harus bertindak atas nama perusahaan dengan itikad baik sepenuhnya, dan tidak boleh mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan perusahaan.

Jika melanggar kewajiban fidusia, direktur dapat harus bertanggung jawab secara hukum ketika perusahaan mengambil tindakan hukum. Tindakan hukum terhadap direktur karena pelanggaran kewajiban fidusia umumnya diambil oleh dewan direksi lainnya atau, mungkin juga, mayoritas pemegang saham yang bertindak atas nama perusahaan.

Hukum Keagenan dan Menantang Tindakan Direksi

Dalam praktiknya, pemegang saham kesulitan untuk menggunakan hukum untuk menentang keputusan dan tindakan direksi. Jika pemegang saham percaya bahwa direktur tidak bertindak untuk kepentingan terbaik bagi perusahaan, kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu terakait masalah tersebut dibatasi.

  • Para pemegang saham dapat memilih untuk memberhentikan direktur mana pun dari jabatannya, tetapi akan membutuhkan suara mayoritas dari pemegang saham, yang mungkin sulit diperoleh.
  • Di pengadilan, pemegang saham harus menunjukkan bahwa direksi sebenarnya bertindak melawan kepentingan perusahaan, atau bertentangan dengan kepentingan pemegang saham tertentu, untuk membujuk pengadilan mengambil tindakan hukum terhadap direksi.

Meskipun ada hubungan hukum antara direksi dan perusahaan, pemegang saham tidak dapat dengan mudah menggunakan hukum untuk mengontrol tindakan dan keputusan yang diambil direksi atas nama perusahaan.

Konsep Teori Agensi (Concepts in Agency Theory)

Sementara hukum keagenan (agency law) berbicara banyak tentang hubungan antara direksi dan perusahaan secara hukum, teori keagenan atau agency theory adalah hubungan antara pemilik perusahaan (company’s owners) dan manajemen perusahaan (manajer/direktur).

Teori keagenan adalah sebuah konsep dan gagasan bahwa ketika sebuah perusahaan pertama kali didirikan, pemiliknya juga akan menjadi manajer dan/atau direktur. Seiring pertumbuhan perusahaan, pemilik menunjuk manajer untuk menjalankan perusahaan. Pemilik mengharapkan manajer menjalankan perusahaan untuk kepentingan pemilik; oleh karena itu ada bentuk hubungan keagenan antara pemilik dan manajer.

Dalam menjalankan bisnis, perusahaan membutuhkan biaya modal: ini bisa berasal dari biaya utang (seperti bank) dan biaya ekuitas (modal pemegang saham). Modal yang terkumpul akan dibelanjakan dalam bentuk capital assets seperti pembelian aset tetap (mesin, peralatan, kendaraan, kantor, dll), dan untuk modal kerja atau working capital untuk memenuhi aset lancar.

Karena melibatkan banyak pihak, kreditur yang memberikan pembiayaan utang juga berkepentingan terhadap cara perusahaan dikelola untuk memastikan bahwa perusahaan sanggup melunasi pokok utang dan bunga. Begitu juga dengan pemegang saham, ketika investasi modal ke dalam perusahaan, mereka berkepentingan untuk memastikan pengelolaan perusahaan berorientasi pada kemakmuran pemegang saham.

Hubungan Agensi (The Agency Relationship)

Teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) memberikan konsep tentang bagaimana tata kelola perusahaan didasarkan pada konflik kepentingan antara pemilik (pemegang saham), manajer, dan kreditur. Dalam agency theory menurut para ahli ini, setiap kelompok memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda.

1. Pemegang saham (shareholders)

Pemegang saham ingin meningkatkan kekayaan mereka dengan return berupa dividen, dan juga peningkatan nilai saham. Nilai saham perusahaan sangat tergantung pada kinerja keuangan dan prospek bisnis jangka panjang. Oleh karena itu, selain mengharapkan dividen, pemegang saham lebih lebih berfokus pada profitabilitas jangka panjang dan prospek keuangan yang baik, karena ini akan memengaruhi nilai saham.

2. Manajemen perusahaan

Manajemen perusahaan, dalam hal ini direktur atau manajer, dipekerjakan untuk menjalankan operasional perusahaan atas nama pemegang saham. Jika manajer tidak memiliki porsi saham di perusahaan, mereka tidak memiliki kepentingan secara langsung terhadap pengembalian (return) pemegang saham. Akan tetapi, mereka akan memiliki kontrak kerja dan memperoleh gaji sebagai imbalan.

Jika manajemen perusahaan memiliki porsi saham, disebut juga kepemilikan manajerial, mereka juga akan memperoleh profit dari peningkatan nilai saham, termasuk juga dividen jika perusahaan mencetak laba. Meskipun begitu, kepentingan utama manajemen perusahaan bukanlah keuntungan berupa nilai saham, tetapi dalam bentuk remunerasi dan status sebagai pengelola perusahaan.

3. Kreditur

Kreditur berkepentingan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ini untuk memastikan perusahaan mampu membayar pokok dan bunga sesuai jatuh tempo. Biasanya, perbankan atau lembaga pembiayaan sebagai kreditur akan berfokus pada rasio likuiditas perusahaan – berkaitan erat dengan kemampuan membayar kewajiban jangka pendek. Namun, rasio keuangan lainnya, bagaimanapun juga akan dipertimbangkan.

Jensen dan Meckling mendefinisikan hubungan keagenan adalah sebagai bentuk kontrak antara pemilik perusahaan dengan manajer: pemilik (sebagai prinsipel) menunjuk agen (manajer) untuk mengelola perusahaan atas nama mereka. Dalam hal ini, pemilik mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada manajemen.

Pemilik mengharapkan agen untuk melakukan setiap tindakan berdasarkan kepentingan terbaik pemilik. Kontrak antara pemilik dan manajer sebaiknya memberikan kepastian bahwa manajer selalu bertindak demi kepentingan terbaik pemilik.

Namun, juga sulit untuk mengatur kontrak yang sempurna karena setiap keputusan oleh agen akan memengaruhi kesejahteraan pribadi dan kepentingan pemilik. Ini kemudian menimbulkan pertanyaan mendasar: bagaimana manajer dapat dibujuk untuk bertindak demi kepentingan terbaik pemegang saham?

Konflik Agensi (Agency Conflicts)

Pembahasan tentang konflik agensi juga muncul dalam teori keagenan (agency theory). Masalah atau konflik keagenan adalah perbedaan kepentingan antara pemilik dan agen. Mereka muncul dalam beberapa cara yaitu sebagai berikut.

1. Moral Hazard

Moral hazard dalah risiko moral atau penyimpangan moral – bahwa pihak yang terisolasi dari risiko mungkin akan berperilaku berbeda dari cara mereka berperilaku ketika sepenuhnya terkena risiko. Seorang manajer memiliki kepentingan untuk menerima manfaat dari posisinya sebagai manajer.

Ini mencakup semua keuntungan dari status, seperti kendaraan operasional, sopir pribadi, makan siang, menghadiri acara yang disponsori, dan sebagainya. Jensen dan Meckling menyarankan agar insentif manajer terhadap manfaat lebih tinggi ketika dia tidak memiliki saham, atau sedikit saham di perusahaan. Masalah serius berada di perusahaan besar.

2. Tingkat Usaha

Manajer mungkin akan bekerja lebih sedikit daripada pemilik perusahaan. Efek dari “kurangnya usaha atau kerja” ini dapat menjadi keuntungan yang lebih rendah dan harga saham yang lebih rendah. Masalah berada di perusahaan besar pada tingkat middle management dan manajemen senior.

Kepentingan manajer menengah dan kepentingan manajer senior mungkin saja berbeda. Misalnya, manajemen senior diberikan remunerasi (mencakup insentif dan gaji) yang lebih tinggi daripada manajer menengah dalam rangka pencapaian profitabilitas perusahaan.

3. Retensi Pendapatan

Remunerasi direktur dan manajer senior umumnya dikaitkan dengan ukuran perusahaan (firm size) daripada tingkat profitabilitas yang dihasilkan. Ini memberikan manajer insentif untuk menumbuhkan perusahaan, dan meningkatkan omset penjualan daripada meningkatkan return kepada pemegang saham.

Manajemen cenderung ingin melakukan reinvestment atau investasi kembali ke dalam perusahaan sehingga laba meningkat dan perusahaan menjadi lebih besar daripada membayar keuntungan kepada pemegang saham berupa dividen. Jika ini terjadi, perusahaan mungkin akan berinvestasi dalam proyek investasi modal. Ini menyebabkan profitabilitas yang diharapkan lebih kecil dan net present value (NPV) mungkin akan negatif.

4. Risk Aversion

Risk aversion adalah tindakan menghindari risiko. Direktur eksekutif dan manajer senior cenderung mendapatkan sebagian besar pendapatan dari perusahaan tempat mereka bekerja. Oleh karena itulah mereka tertarik pada stabilitas perusahaan.

Pasalnya, ini akan melindungi pekerjaan dan pendapatan mereka di masa depan. Dengan kata lain, manajemen mungkin akan menghindari risiko, dan enggan untuk berinvestasi dalam proyek yang berisiko tinggi (high-risk project).

Sebaliknya, pemegang saham justru ingin agar perusahaan mengambil risiko lebih besar, sehingga potensi return juga besar. Biasanya, pemegang saham akan berinvestasi dalam portofolio perusahaan yang berbeda; oleh karena itu, tidak begitu penting bagi mereka seandainya satu perusahaan mengambil risiko lebih.

5. Time Horizon

Pemegang saham sangat memperhatikan prospek jangka panjang karena nilai saham tergantung pada kinerja secara long-term, bukan jangka pendek. Artinya, berfokus pada pertumbuhan (growth). Sementara itu, manajer mungkin berfokus pada kinerja jangka pendek (short-term) karena mereka mungkin akan menerima bonus tahunan berdasarkan kinerja jangka pendek. Selain itu, bisa juga karena mereka tidak begitu berharap dapat bertahan lebih lama di perusahaan.

Manajer mungkin memiliki insentif untuk meningkatkan laba akuntansi atas penggunaan modal atau return on investment (ROI), sedangkan pemegang saham memiliki kepentingan dalam nilai jangka panjang perusahaan yang diukur dengan NPV.

Biaya Keagenan (Agency Cost)

Teori keagenan (agency theory) juga membahas tentang biaya agensi (agency cost). Biaya keagenan adalah pengeluaran atau biaya ketika “merekrut dan memiliki” agen untuk mengambil keputusan atas nama prinsipel.

Di dalam tata kelola perusahaan, pengertian agency cost adalah biaya yang dikeluarkan pemegang saham ketika memiliki manajer untuk menjalankan perusahaan daripada harus menjalankan perusahaan itu sendiri. Beberapa hal yang digarisbawahi tentang biaya agensi adalah sebagai berikut.

  • Tidak ada biaya agensi ketika pemilik dan manajer adalah individu yang
  • Biaya keagenan muncul ketika sejumlah pemegang saham ternyata juga bukan direktur perusahaan.
  • Biaya keagenan cenderung lebih tinggi di perusahaan besar, karena terdapat lebih banyak pemegang saham berbeda dan manajemen profesional yang besar.

Oleh karena itu, definisi agency cost dapat mengacu pada “kerugian nilai” bagi pemegang saham karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajemen perusahaan.

Jenis-jenis Cost Agency

Saat memahami apa itu teori keagenan (agency theory), penting untuk melihat apa saja contoh biaya agensi atau agency cost. Anda dapat melihat dari 3 (tiga) jenis atau aspek berikut ini.

1. Biaya Pemantauan (Monitoring Cost)

Pemilik perusahaan dapat membuat sebuah sistem untuk mengontrol kinerja manajemen, untuk memastikan bahwa setiap tindakan dilakukan demi kepentingan terbaik mereka. Contoh proses pemantauan adalah seperti memberikan persyaratan bagi jajaran direksi untuk menyajikan laporan tahunan, termasuk target kinerja keuangan dan neraca perusahaan. Ini merupakan bagian dari pertanggungjawaban kepada pemegang saham. Akun-akun ini nantinya diaudit, dan auditor menyajikan laporan audit. Biaya audit inilah salah satu contoh biaya agensi dari aspek monitoring.

2. Kerugian Residual (Residual Loss)

Biaya keagenan mencakup biaya kepada pemegang saham yang muncuk ketika manajer mengambil keputusan yang tidak menguntungkan pemegang saham, tetapi malah menguntungkan diri sendiri. Sebagai contoh, agency cost muncul ketika direktur perusahaan mengakuisisi anak perusahaan baru, dan nilai akuisisi dibayar lebih besar daripada nilai pasarnya. Para manajer akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan status mengelola kelompok perusahaan yang lebih besar. Sementara itu, biaya bagi pemegang saham berasal dari penurunan harga saham akibat akuisisi yang tidak profitable.

3. Biaya Ikatan (Bonding Cost)

Aspek terakhir dari biaya agensi adalah biaya ikatan: pengeluaran untuk memberikan insentif kepada manajer agar bertindak demi kepentingan terbaik pemegang saham. Tujuan biaya ini adalah untuk mengurangi ukuran masalah keagenan. Direktur dan manajer senior mungkin diberikan insentif dalam bentuk kepemilkan saham secara gratis, atau opsi saham. Selain itu, direktur dan manajer senior mungkin juga berikan bonus tunai ketika perusahaan mencapai target keuangan tertentu. Oleh karena itu, paket remunerasi untuk direktur dan manajer senior bisa menjadi elemen penting dari agency cost.

Cara Mengurangi Masalah Keagenan

Dalam teori keagenan Jensen dan Meckling telah dijelaskan tentang cara mengatasi masalah keagenan. Menurut para ahli ini, mereka berpendapat bahwa ketika bertindak demi kepentingan pemegang saham, manajer menanggung seluruh biaya kegagalan, artinya ada konsekuensi terhadap posisi mereka. Oleh karena itu, manajemen perusahaan diberikan insentif untuk meningkatkan kesediaan mereka dalam mengambil keputusan yang memaksimalkan nilai pemegang saham. Ada beberapa metode untuk mengurangi masalah keagenan, yaitu sebagai berikut.

1. Paket Remunerasi

Merancang paket remunerasi untuk direktur eksekutif dan manajer senior yang memberi mereka insentif untuk bertindak demi kepentingan terbaik pemegang saham. Paket remunerasi dapat memberikan reward untuk mencapai target kinerja keuangan jangka pendek dan jangka panjang, termasuk juga target non-keuangan.

2. Memiliki Porsi Utang Lebih Besar pada Struktur Modal

Jensen dan Meckling berpendapat bahwa masalah hubungan keagenan akan lebih besar pada perusahaan yang menguntungkan tetapi memiliki pertumbuhan laba rendah. Kebanyakan perusahaan menghasilkan sejumlah besar arus kas bebas (free cash flow/FCF). Arus kas bebas adalah sejumlah uang tunai yang dapat dibelanjakan sesuai kebijaksanaan manajemen perusahaan, tanpa khawatir dengan pembayaran bunga dan utang, pajak, dan biaya penggantian aset tetap.

Kepentingan pemegang saham adalah bahwa free cash flow (FCF) harus digunakan secara produktif, seperti investasi dalam proyek dengan high return dengan NPV positif, dan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Para direktur dan manajer senior mungkin ingin reinvest arus kas bebas dalam sejumlah proyek yang akan meningkatkan ukuran perusahaan. Ini bisa menjadi proyek yang berpotensi menghasilkan return tinggi.

Namun, perusahaan dengan pertumbuhan rendah, kemungkinan manajer berinvestasi dalam proyek yang meningkatkan ukuran perusahaan sangat kecil karena hanya akan menghasilkan sedikit keuntungan dan menyebabkan NPV negatif.

Salah satu cara untuk mengurangi masalah keagenan adalah dengan memiliki porsi modal utang (debt capital) yang tinggi dalam struktur modal perusahaan. Utang yang lebih besar akan memaksa manajemen (sebagai agen) untuk bekerja lebih optimal untuk meminimalkan risiko utang, sehingga kinerja perusahaan meningkat karena dapat menghasilkan manfaat lebih besar dari biaya utang. Kinerja perusahaan yang baik akan membahagiakan bagi pemegang saham.

Pada dasarnya, biaya utang akan menyebabkan pembayaran bunga dan menguras FCF. Namun, ini tidak masalah selagi manfaat dari utang lebih tinggi dari biayanya. Manajemen juga akan memastikan bahwa investasi baru harus cukup menguntungkan sehingga perusahaan dapat terus membayar biaya bunga.

3. Memiliki Perwakilan Direksi

Cara mengurangi masalah keagenan adalah dengan memiliki perwakilan dalam jajaran direksi perusahaan. Hal ini dilakukan agar setiap keputusan dapat dikontrol. Selain itu, metode alternatif lainnya untuk meminimalkan masalah keagenan adalah dengan menciptakan dewan direksi yang efektif untuk memantau keputusan manajemen.

  • Dewan direksi berpotensi tidak efektif dalam memantau keputusan manajemen eksekutif jika didominasi oleh chief executive officer (CEO). Kenapa? Karena CEO adalah kepala tim manajemen eksekutif. Dewan direksi akan sangat tidak efektif dalam peran controlling jika CEO juga merupakan ketua dewan.
  • Dewan yang efektif sebagian besar harus terdiri dari direktur non-eksekutif independen karena mereka tidak punya peran eksekutif di perusahaan dan tidak termasuk karyawan full time. Dengan kata lain, mereka bisa bertindak berdasarkan kepentingan terbaik untuk shareholders.
  • Direktur non-eksekutif independen juga harus mengambil kebijakan dan keputusan tertentu ketika ada kemungkinan konflik kepentingan antara direktur eksekutif dan kepentingan terbaik perusahaan. Contoh, direktur non-eksekutif independen bertanggung jawab terhadap paket remunerasi direktur eksekutif dan para manajer.
  • Dewan direksi akan berpotensi tidak efektif ketika ukuran perusahaan meningkat karena adanya keterlambatan reaksi terhadap peristiwa tertentu sehingga kebijakan yang dibutuhkan tidak terlaksana.

4. Transparansi (Transparency)

Transparansi adalah salah satu cara mengatasi masalah keagenan. Ini adalah cara bertindak saling terbuka satu sama lain, tidak ada sesuatu yang disembunyikan hanya untuk mementingkan diri sendiri. Setiap keputusan dan kesepakatan harus terbuka. Ini untuk menghindari pertetangan berlanjut. Dengan adannya transparency, agen dan prinsipel akan saling memahami dan mencari solusi bersama atas setiap masalah.

Akuntabilitas Agen (Accountability of Agents)

Akuntabilitas adalah tentang tanggung jawab. Agen sudah seharusnya bertanggung jawab kepada prinsipel mereka atas setiap keputusan. Akuntabilitas agen dapat berupa:

  • Pelaporan kembali kepada prinsipel dan mempertanggungjawabkan pencapaian.
  • Memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan dari
  • Menerikan penghargaan atau hukuman dari prinsipel sesuai kinerja yang dihasilkan agen.

Akuntabilitas harus mampu mengurangi masalah keagenan karena memberikan manajemen perusahaan insentif yang lebih besar, seperti mendapatkan reward dan “bebas hukuman” dalam mencapai kinerja terbaik untuk kepentingan pemegang saham.

Namun, perlu diperhatikan juga bahwa biaya akuntabilitas, mencakup biaya monitoring, tidak boleh berlebihan (melebihi nilai manfaat yang diberikan monitoring).

Simpulan

Pada dasarnya, teori agensi (agency theory) atau teori keagenan adalah konsep untuk memastikan bahwa perilaku eksekutif (agen) sejalan dengan kepentingan pemegang saham (pemilik perusahaan). Di dalam teori keagenan, ada aspek etika.

Sebenarnya, agency theory adalah teori yang berlandaskan pada cara pandang “ketidakpercayaan atau saling curiga dalam hubungan” bahwa setiap individu akan bertindak sesuai kepentingan mereka sendiri. Masalah keagenan harus diatasi, beberapa metode dan solusi telah dijelaskan sebelumnya dan mungkin itu dapat dijadikan pertimbangan.

Scroll to Top