6 Jenis Rasio Profitabilitas + Rumus, Contoh Soal, dll

Rasio profitabilitas adalah salah satu indikator keuangan yang paling diperhatikan oleh investor karena rasio ini menjadi tolok ukur untuk menilai seberapa baik suatu perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan laba bersih dari aktivitas operasional dan investasi. Bagi investor, memahami rasio profitabilitas adalah langkah penting untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar dividen dan bertumbuh di masa depan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai aspek penting dari rasio profitabilitas, termasuk definisi menurut para ahli, jenis-jenis rasio profitabilitas, rumus dan cara menghitungnya, serta contoh soal dan interpretasi. Pada akhirnya, Anda akan memiliki pemahaman yang mendalam mengenai cara analisis rasio profitabilitas untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.

Pengertian Rasio Profitabilitas Menurut Para Ahli

Rasio profitabilitas mengukur seberapa efektif suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan relatif terhadap biaya dan aset yang dimiliki. Menurut Sherman (2015), rasio profitabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas penjualan atau investasi. Rasio ini, sering juga disebut sebagai rasio rentabilitas, memberikan informasi langsung kepada investor tentang kinerja keuangan perusahaan, yang dapat digunakan untuk menilai prospek bisnis di masa depan.

Fungsi Rasio Profitabilitas

Fungsi utama rasio profitabilitas adalah untuk menilai kinerja perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan laba bersih, yang merupakan tujuan utama dari setiap bisnis. Secara lebih rinci, rasio ini berfungsi untuk:

  1. Mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktivitas operasionalnya.
  2. Mengevaluasi efisiensi dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
  3. Memberikan data historis yang membantu dalam menganalisis tren keuntungan perusahaan dari waktu ke waktu.

Semakin tinggi nilai rasio profitabilitas, semakin baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang juga mencerminkan efisiensi dalam operasional dan manajemen keuangan.

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Para ahli keuangan seperti Fabozzi & Drake (2009) dan Brigham & Houston (2013) mengelompokkan jenis-jenis rasio profitabilitas dalam beberapa kategori yang digunakan untuk analisis yang lebih spesifik. Berikut adalah enam jenis utama rasio profitabilitas beserta rumus, contoh soal, dan interpretasinya.

1. Basic Earning Power (BEP)

Basic Earning Power (BEP) mengukur kemampuan perusahaan memanfaatkan aset mereka untuk menghasilkan laba operasional (EBIT). Meskipun kurang populer dibandingkan ROA, BEP tetap digunakan untuk mengevaluasi laba operasional relatif terhadap aset yang tersedia.

  • Rumus: BEP = (EBIT ÷ Total Aset) × 100%
  • Contoh Soal: Jika perusahaan memiliki EBIT Rp500 juta dan total aset Rp10 miliar, maka BEP = (Rp500.000.000 ÷ Rp10.000.000.000) × 100% = 5%.
  • Interpretasi: BEP sebesar 5% menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan laba operasi sebesar 5% dari total asetnya. Semakin tinggi BEP, semakin baik kinerja aset perusahaan dalam menghasilkan laba operasi.

2. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari semua aset yang dimiliki. Rasio ini populer karena memberikan informasi tentang efisiensi aset dalam mendukung profitabilitas.

  • Rumus: ROA = (Laba Bersih ÷ Total Aset) × 100%
  • Contoh Soal: Jika laba bersih (EAT) perusahaan Rp200 juta dan total aset Rp5 miliar, maka ROA = (Rp200.000.000 ÷ Rp5.000.000.000) × 100% = 4%.
  • Interpretasi: ROA sebesar 4% menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 4% dari total aset. Semakin tinggi ROA, semakin baik perusahaan dalam mengelola aset untuk meraih laba bersih.

3. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) mengukur seberapa baik perusahaan menggunakan modal pemilik atau ekuitas untuk menghasilkan laba. Jenis rasio profitabilitas seperti ROE sangat penting bagi pemegang saham untuk mengetahui sejauh mana modal mereka digunakan secara efisien.

  • Rumus: ROE = (Laba Bersih ÷ Ekuitas) × 100%
  • Contoh Soal: Jika laba bersih adalah Rp300 juta dan ekuitas Rp1,5 miliar, maka ROE = (Rp300.000.000 ÷ Rp1.500.000.000) × 100% = 20%.
  • Interpretasi: ROE sebesar 20% menunjukkan perusahaan menghasilkan laba bersih 20% dari ekuitas. Nilai ROE yang tinggi berarti perusahaan efisien dalam mengelola modal pemegang saham untuk meraih keuntungan.

4. Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin (GPM) membandingkan laba kotor dengan pendapatan, menunjukkan efisiensi dalam produksi dan penjualan.

  • Rumus: GPM = (Laba Kotor ÷ Pendapatan) × 100%
  • Contoh Soal: Jika pendapatan Rp10 miliar dan harga pokok penjualan (HPP) perusahaan Rp6 miliar, maka GPM = [(Rp10.000.000.000 − Rp6.000.000.000) ÷ 10.000.000.000] × 100% = 40%.
  • Interpretasi GPM: GPM 40% berarti perusahaan mendapatkan laba kotor 40% dari penjualan. Semakin tinggi GPM, semakin efisien perusahaan dalam menekan biaya produksi.

5. Operating Profit Margin (OPM)

Operating Profit Margin (OPM) menunjukkan laba operasi relatif terhadap pendapatan, yang mencerminkan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak.

  • Rumus: OPM = (EBIT ÷ Pendapatan) × 100%
  • Contoh Soal: Jika EBIT Rp2 miliar dan pendapatan Rp10 miliar, maka OPM = (Rp2.000.000.000 ÷ Rp10.000.000.000) × 100% = 20%.
  • Interpretasi: OPM 20% menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan laba operasi sebesar 20% dari total pendapatan.

6. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) mengukur laba bersih relatif terhadap pendapatan, memberikan gambaran tentang laba setelah dikurangi semua biaya.

  • Rumus: NPM = (Laba Bersih ÷ Pendapatan) × 100%
  • Contoh Soal: Jika laba bersih Rp1 miliar dan pendapatan Rp8 miliar, maka NPM = (Rp1.000.000.000 ÷ Rp8.000.000.000) × 100% = 12,5%.
  • Interpretasi: NPM 12,5% menunjukkan laba bersih perusahaan sebesar 12,5% dari total pendapatan. Nilai NPM yang tinggi berarti perusahaan efisien dalam mengendalikan biaya.

Cara Interpretasi Rasio Profitabilitas

Memahami cara interpretasi rasio profitabilitas adalah kunci dalam analisis keuangan. Hasil rasio profitabilitas yang baik menunjukkan perusahaan mampu mengelola aset, ekuitas, dan pendapatannya secara efisien. Tingkat profitabilitas yang tinggi umumnya menunjukkan potensi pertumbuhan dan kemampuan perusahaan dalam memberikan imbal hasil kepada investor.

Cara Analisis Rasio Profitabilitas

Langkah-langkah analisis rasio profitabilitas meliputi:

  1. Menghitung setiap rasio menggunakan data laporan keuangan.
  2. Membandingkan rasio dengan tahun sebelumnya atau dengan perusahaan sejenis.
  3. Menganalisis tren untuk memahami perkembangan kinerja perusahaan.
  4. Menginterpretasikan hasil untuk memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan.

Dengan memahami dan menganalisis berbagai jenis rasio profitabilitas, investor dan analis keuangan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dan memberikan nilai tambah kepada pemegang saham.

Scroll to Top