Margin laba operasi atau Operating Profit Margin (OPM) adalah salah satu rasio profitabilitas utama yang digunakan untuk menilai kinerja finansial perusahaan, khususnya dalam mengukur efektivitas pengelolaan biaya operasional dalam mendukung keuntungan dari penjualan.
Artikel ini menguraikan tentang apa itu Operating Profit Margin (OPM), fungsi dan rumus OPM, hingga cara analisis dan interpretasi hasilnya.
Contents
- 1 Pengertian Operating Profit Margin (OPM)
- 2 Fungsi Operating Profit Margin (OPM)
- 3 Rumus Operating Profit Margin (OPM)
- 4 Contoh Soal Operating Profit Margin (OPM)
- 5 Interpretasi Operating Profit Margin (OPM)
- 6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Operating Profit Margin
- 7 Analisis Operating Profit Margin (OPM)
- 8 Operating Profit Margin yang Baik
- 9 Kesimpulan
Pengertian Operating Profit Margin (OPM)
Operating Profit Margin adalah rasio yang mengukur persentase laba operasi (laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT) dari total penjualan bersih perusahaan. Menurut Brigham & Houston (2013), Operating Profit Margin (OPM) menunjukkan seberapa besar persentase pendapatan yang tersisa setelah dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods sold atau COGS) dan seluruh biaya operasional, seperti biaya pemasaran dan administrasi. Dengan kata lain, OPM menyoroti kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya untuk menjaga margin keuntungan operasional.
Semakin tinggi nilai Operating Profit Margin, semakin efektif perusahaan dalam mengendalikan biaya dan menghasilkan keuntungan. Hal ini sangat penting bagi investor, karena margin operasi yang kuat menandakan bahwa perusahaan mampu bertahan dan berkembang dengan strategi biaya yang efektif.
Fungsi Operating Profit Margin (OPM)
Fungsi utama dari Operating Profit Margin adalah untuk membantu investor, manajemen, dan analis keuangan dalam menilai efisiensi operasional perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk:
-
Menilai Efektivitas Operasional: OPM memberikan gambaran tentang efektivitas perusahaan dalam mengelola biaya operasional. Semakin tinggi OPM, semakin efektif perusahaan mengontrol biaya yang tidak langsung terkait dengan produksi.
-
Menunjukkan Kekuatan Struktur Biaya: Perusahaan dengan struktur biaya yang efisien umumnya memiliki Operating Profit Margin yang baik, yaitu tinggi, karena mampu menghasilkan keuntungan meskipun menghadapi persaingan harga atau peningkatan biaya bahan baku.
-
Membandingkan dengan Kompetitor: Investor sering membandingkan nilai OPM suatu perusahaan dengan rata-rata industri untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memiliki keunggulan kompetitif.
Rumus Operating Profit Margin (OPM)
Formula untuk menghitung Operating Profit Margin (OPM) adalah sebagai berikut:
Rumus Operating Profit Margin = (EBIT ÷ Revenue) ×100%
Di mana:
- EBIT atau laba operasi adalah laba sebelum bunga dan pajak, yang mencerminkan pendapatan setelah mengurangi semua biaya operasional.
- Revenues adalah pendapatan (atau penjualan) bersih perusahaan.
Dengan demikian, rumus Operating Profit Margin juga dapat diformulasikan sebagai berikut:
Rumus OPM = [(Penjualan Bersih − HPP − Biaya Operasional) ÷ Penjualan Bersih] × 100%
Contoh Soal Operating Profit Margin (OPM)
Mari kita ambil contoh soal untuk menghitung Operating Profit Margin (OPM) perusahaan PT Indofood CBP tahun 2019 (dalam jutaan). Berdasarkan laporan keuangan 2019, diketahui bahwa penjualan bersih (net sales) sebesar Rp42.296.703 dan laba operasi (EBIT) sebesar Rp7.436.972. Maka, perhitungan OPM adalah (Rp7.436.972 ÷ Rp42.296.703) × 100%
Dengan hasil OPM 17,6%, artinya dari setiap Rp100 penjualan, PT Indofood CBP menghasilkan Rp17,6 dalam laba operasi setelah menutupi semua biaya operasional.
Interpretasi Operating Profit Margin (OPM)
Memahami cara interpretasi nilai OPM sangat penting bagi investor dan manajemen dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Sebagai contoh, nilai Operating Profit Margin PT Indofood CBP sebesar 17,6% menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjaga profitabilitas yang tinggi setelah menutupi biaya operasional. Ini berarti, untuk setiap Rp1 pendapatan, Rp0,176 di antaranya adalah laba operasional.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Operating Profit Margin
Beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi nilai OPM adalah:
-
Harga Pokok Penjualan (HPP) atau Biaya Produksi: Kenaikan HPP atau biaya produksi dapat menurunkan margin operasi, terutama jika tidak diimbangi dengan kenaikan harga penjualan.
-
Biaya Operasional Lainnya: Seperti biaya pemasaran, administrasi, dan penyewaan yang sering kali berdampak langsung pada OPM. Pengendalian biaya ini berperan penting dalam menjaga profitabilitas.
-
Harga Jual Produk: Kenaikan harga jual tanpa kenaikan biaya operasional dapat meningkatkan OPM.
Nilai OPM yang baik sering kali bervariasi tergantung pada jenis industri. Sebagai contoh, sektor teknologi atau jasa mungkin memiliki OPM yang tinggi karena biaya variabel yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor ritel atau manufaktur yang cenderung lebih rendah karena tingginya biaya produksi dan operasional.
Analisis Operating Profit Margin (OPM)
Cara analisis Operating Profit Margin dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan:
-
Perbandingan Industri (Industry Benchmarking): OPM perusahaan dapat dibandingkan dengan rata-rata OPM di sektor yang sama. Jika OPM perusahaan lebih tinggi dari rata-rata industri, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan lebih efisien dibandingkan dengan pesaingnya.
-
Tren OPM Perusahaan: Menganalisis perubahan OPM dari waktu ke waktu memberikan pandangan apakah perusahaan berhasil meningkatkan efisiensi atau justru mengalami peningkatan biaya yang tidak terkendali.
-
Analisis Kompetitif: Menilai OPM terhadap kompetitor utama dapat membantu menentukan posisi perusahaan dalam hal efisiensi dan profitabilitas.
Operating Profit Margin yang Baik
Nilai Operating Profit Margin yang baik bervariasi berdasarkan jenis industri dan skala bisnis perusahaan. Umumnya, perusahaan yang memiliki OPM di atas rata-rata industri dianggap unggul dalam menjaga struktur biaya yang efisien. Di sektor ritel, misalnya, margin yang baik bisa berkisar antara 5-10%, sementara di sektor teknologi, bisa mencapai 20% atau lebih. Nilai OPM yang tinggi biasanya menunjukkan bahwa perusahaan memiliki strategi harga yang kuat dan efisien dalam pengendalian biaya operasional.
Kesimpulan
Operating Profit Margin adalah metrik penting yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya operasional guna menjaga profitabilitas. OPM adalah salah satu indikator keuangan yang membantu perusahaan untuk memahami efektivitas pengelolaan sumber daya dan strategi operasional mereka. Dengan menghitung rasio ini menggunakan rumus Operating Profit Margin yang telah dijelaskan, perusahaan dapat mengevaluasi kinerja mereka relatif terhadap kompetitor dan rata-rata industri.
Nilai Operating Profit Margin yang baik menunjukkan bahwa perusahaan memiliki efisiensi biaya yang kuat, yang penting untuk menarik investor dan mendukung pertumbuhan jangka panjang. Pemahaman yang mendalam dan interpretasi dari hasil OPM, seperti contoh soal Operating Profit Margin PT Indofood CBP, juga membantu dalam proses pengambilan keputusan strategis, baik untuk manajemen internal maupun pihak eksternal.