Dalam kebijakan moneter, bank sentral memiliki sejumlah instrumen utama untuk mengatur kestabilan ekonomi, salah satunya yang paling penting dan dinamis adalah operasi pasar terbuka (OPT) atau Open Market Operation (OPM). Instrumen ini memainkan peran strategis dalam mengelola likuiditas sistem keuangan, menjaga inflasi tetap terkendali, dan menstabilkan nilai tukar serta suku bunga.
Namun, bagi sebagian masyarakat awam dan pelaku usaha, istilah OPT mungkin masih terdengar teknis. Padahal, dampak kebijakan ini terasa langsung dalam kehidupan sehari-hari—mulai dari bunga pinjaman bank, pergerakan nilai tukar, hingga harga kebutuhan pokok.
Apa Itu Operasi Pasar Terbuka (OPT)?
Operasi Pasar Terbuka (OPT) adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral melalui kegiatan jual-beli surat berharga di pasar uang, dengan tujuan untuk mengatur jumlah uang beredar, menjaga likuiditas perbankan, dan mengendalikan suku bunga di pasar.
Di Indonesia, OPT dijalankan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai bagian dari strategi moneter untuk mendukung stabilitas nilai rupiah dan sistem keuangan nasional.
Definisi OPT secara resmi menurut Bank Indonesia:
- Operasi pasar terbuka adalah kegiatan transaksi keuangan, terutama berupa transaksi surat berharga, yang dilakukan oleh BI dengan bank-bank umum di pasar uang guna menyerap atau menambah likuiditas.
Tujuan dan Fungsi Operasi Pasar Terbuka
1. Mengendalikan Likuiditas
OPT digunakan untuk menambah atau menyerap kelebihan uang yang beredar di sistem perbankan agar tidak terjadi inflasi atau kelangkaan likuiditas.
2. Menstabilkan Suku Bunga Pasar
Dengan mengelola jumlah uang di pasar, BI dapat mengarahkan pergerakan suku bunga antarbank (overnight rate) agar mendekati suku bunga acuan BI.
3. Menjaga Stabilitas Inflasi
OPT membantu mengendalikan permintaan agregat dalam ekonomi, sehingga membantu BI mencapai target inflasi tahunan.
4. Mendukung Nilai Tukar Rupiah
Likuiditas yang terlalu tinggi bisa menyebabkan pelemahan rupiah. Melalui OPT, BI bisa menyerap kelebihan likuiditas untuk menjaga kestabilan nilai tukar.
Jenis-jenis Operasi Pasar Terbuka
Bank Indonesia menjalankan dua jenis utama OPT:
1. OPT Kontraktif (Menarik Likuiditas)
Dilakukan dengan menjual surat berharga (biasanya surat berharga negara/SBN atau reverse repo), yang bertujuan mengurangi jumlah uang beredar.
- Diterapkan ketika likuiditas berlebih
- Bertujuan menekan inflasi dan menjaga nilai tukar
2. OPT Ekspansif (Menambah Likuiditas)
Dilakukan dengan membeli surat berharga dari bank, sehingga menambah uang di pasar.
- Diterapkan saat ekonomi melambat
- Mendorong kredit dan konsumsi
Mekanisme Kerja Operasi Pasar Terbuka
Berikut adalah tahapan umum dalam pelaksanaan OPT:
1. Identifikasi Kondisi Likuiditas
Bank Indonesia memantau kondisi likuiditas harian melalui data sistem perbankan dan pasar uang.
2. Penawaran OPT
BI menawarkan instrumen OPT kepada bank-bank umum, seperti:
- Surat Berharga Negara (SBN)
- Sertifikat Bank Indonesia (SBI) [sudah tidak aktif sejak 2016]
- Reverse repo dan repo SBN
3. Transaksi OPT
Bank yang ingin menyerap atau menambah likuiditas akan mengikuti lelang yang diselenggarakan oleh BI.
- Repo: BI membeli SBN dan menjualnya kembali dalam jangka pendek
- Reverse Repo: BI menjual SBN dan membelinya kembali nanti
- Lelang Surat Berharga: bisa harian, mingguan, atau bulanan
4. Penyesuaian Saldo Giro Bank
Setelah transaksi, saldo giro bank di BI akan berubah—menaikkan atau menurunkan jumlah dana yang tersedia untuk pinjaman atau operasional.
Contoh Transaksi Operasi Pasar Terbuka
Misalnya:
- BI melihat ada kelebihan likuiditas di sistem perbankan.
- BI kemudian menjual surat berharga senilai Rp10 triliun ke bank.
- Bank membeli SBN tersebut → dana bank di BI berkurang Rp10 triliun.
- Hasil: jumlah uang beredar turun, likuiditas ketat → bunga antarbank naik.
Sebaliknya, jika ekonomi lesu:
- BI membeli SBN dari bank → memberikan dana tunai → bank punya lebih banyak uang untuk menyalurkan kredit.
Instrumen Operasi Pasar Terbuka yang Digunakan BI
- Reverse Repo SBN: Instrumen utama BI saat ini untuk menyerap likuiditas.
- Term Deposit: Dana dari bank disimpan di BI dengan jangka waktu tertentu dan diberi imbal hasil (bunga).
- Fasilitas Simpanan (Deposit Facility): Fasilitas harian bagi bank untuk menyimpan dana di BI.
- Fasilitas Pinjaman (Lending Facility): Fasilitas harian untuk memberikan likuiditas tambahan kepada bank yang membutuhkan.
Dampak Operasi Pasar Terbuka terhadap Ekonomi
1. Dampak terhadap Perbankan
- Mempengaruhi likuiditas harian bank
- Menentukan suku bunga antarbank
- Mengarahkan strategi penyaluran kredit
2. Dampak terhadap Dunia Usaha
- Jika OPT menyerap likuiditas → bunga kredit naik → investasi dan konsumsi menurun
- Jika OPT menambah likuiditas → kredit mudah → aktivitas usaha meningkat
3. Dampak terhadap Inflasi
- OPT kontraktif menekan inflasi
- OPT ekspansif meningkatkan permintaan → bisa memicu inflasi jika berlebihan
4. Dampak terhadap Nilai Tukar
- OPT yang menurunkan likuiditas cenderung memperkuat rupiah
- OPT ekspansif bisa menekan nilai tukar jika tidak seimbang
Operasi Pasar Terbuka dalam Masa Krisis
Selama pandemi COVID-19, Bank Indonesia menggunakan OPT sebagai bagian dari kebijakan quantitative easing (QE) versi Indonesia. BI membeli SBN dalam jumlah besar untuk menambah likuiditas dan mendukung pemulihan ekonomi.
Contoh kebijakan tahun 2020–2021:
- BI membeli SBN secara langsung dan sekunder dari pasar
- Menambah likuiditas hingga ratusan triliun rupiah
- Membantu menjaga suku bunga tetap rendah
Keunggulan dan Kelemahan OPT sebagai Instrumen Moneter
Keunggulan | Kelemahan |
Cepat dan fleksibel | Tidak langsung ke sektor riil |
Efektif mengatur suku bunga jangka pendek | Bergantung pada respons perbankan |
Tidak memerlukan perubahan undang-undang | Efektivitas menurun jika permintaan kredit lesu |
Transparan dan pasar terbuka | Bisa menyebabkan volatilitas pasar |
Peran OPT dalam Kerangka Kebijakan Moneter Indonesia
OPT menjadi salah satu dari tiga instrumen utama kebijakan moneter BI, bersama:
- Suku bunga acuan BI-Rate / BI 7-Day Repo Rate
- Giro Wajib Minimum (GWM)
- Operasi Pasar Terbuka (OPT)
Ketiganya bekerja secara komplementer untuk mencapai tujuan Bank Indonesia, yaitu:
- Menjaga stabilitas nilai rupiah
- Mengendalikan inflasi
- Mendukung stabilitas sistem keuangan
- Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
Kesimpulan
Operasi Pasar Terbuka (OPT) adalah instrumen utama bank sentral, dalam hal ini Bank Indonesia, untuk mengatur likuiditas perbankan, mengarahkan suku bunga pasar, dan menjaga stabilitas ekonomi nasional. Dengan melakukan jual beli surat berharga, BI dapat menyesuaikan jumlah uang beredar sesuai kondisi ekonomi.
OPT bukan hanya istilah teknis dalam kebijakan moneter. Ia berdampak langsung pada bunga pinjaman, inflasi, nilai tukar, dan pada akhirnya kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap mekanisme dan implikasi OPT sangat penting, tidak hanya bagi pelaku industri keuangan, tetapi juga bagi masyarakat umum.