Ketika Anda masuk ke dunia trading, seperti cryptocurrency, saham, forex, dan sebagainya, maka analisis teknikal adalah elemen penting dalam mengambil keputusan strategis. Biasanya, ini sangat berkaitan erat dengan timing atau kapan waktu terbaik untuk masuk (membeli/buy) dan keluar (menjual/sell) instrumen aset yang diperdagangkan tersebut.
Analisis teknikal atau technical analysis biasanya digunakan secara bersamaan dengan analisis fundamental atau fundamental analysis. Kita akan membahas lebih jelas tentang apa itu analisis teknikal dan apa yang membedakannya dengan pendekatan fundamental.
Apa Itu Analisis Teknikal (Technical Analysis)?
Analisis teknikal (technical analysis/TA)adalah pendekatan praktis untuk analisis pasar dengan tujuan untuk mengidentifikasi tren utama dalam pasar (crypto, saham, forex, dll) dalam rangka menciptakan strategi trading dan investasi yang efisien. Analisis teknikal dapat mengacu pada pengambilan data dari pasar keuangan dan menerapkan analisis berbasis statistik untuk membuat prediksi pergerakan harga di masa depan. Analisis teknikal mungkin terdengar rumit dan sulit, namun ketika dipecah menjadi beberapa poin dan bagian, itu bisa terlihat sangat sederhana dan menyenangkan!
Dalam konteks cryptocurrency misalnya, Anda akan melihat sebagian besar informasi harga kripto disajikan dalam bentuk grafik (chart). Grafik ini memberikan informasi kepada trader untuk mengimplementasikan alat (tools) dari analisis teknikal. Ketika proses analisis ini dapat dieksekusi secara tepat & akurat, TA dapat membantu Anda untuk memprediksi apakah pasar cryptocurrency sedang tren naik/penguatan (bullish) atau tren turun/pelemahan (bearish).
Jadi secara sederhana, analisis teknikal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi pola-pola tertentu dari data pasar yang disajikan melalui grafik harga aset (crypto, saham, forex, dll), untuk melihat seperti apa arah tren harga aset saat ini dan di masa depan. Tentunya, techninal analysis pada akhirnya membantu trader dan investor dalam mengambil keputusan tertentu (biasanya beli & jual), namun juga bisa untuk wait and see alias do nothing.
Mengapa analisis teknikal penting digunakan?
Analisis teknikal adalah proses untuk mempelajari seperti apa harga aset saat ini dan harga historisnya. Ini mengasumsikan bahwa sebuah perubahan harga aset tidak bersifat acak tetapi dapat diprediksi (punya pola tertentu) dengan mengidentifikasi tren harga selama periode waktu tertentu.
Asumsi utama dari technical analysis adalah bahwa harga aset apa pun (crypto, saham, forex, dll) ditentukan oleh sentimen pasar. Biasanya alat (tools) yang digunakan dalam melakukan analisis teknikal disebut indikator teknikal. Indikator-indikator ini akan membantu Anda untuk mengidentifikasi banyak hal, seperti tren harga, pergerakan pasar, dan sebagainya.
Beberapa contoh indikator teknikal yang paling umum adalah moving average (MA), bollinger bands (BB), relative strength index (RSI), commodity channel index (CCI), fibonacci retracements (FR), dan banyak lagi. Setiap trader dan investor biasanya akan menggunakan indikator yang sesuai dengan strategi mereka, bisa memanfaatkan satu indikator saja, namun biasanya mengombinasikan beberapa indikator teknikal untuk melihat pandangan yang lebih dalam, anda, dan akurat.
Memahami Siklus Pasar Suatu Aset
Baik untuk crypto, saham, forex, dll, biasanya memiliki siklus pasar. Secara umum, siklus pasar crypto, saham, dan forex terdiri dari 4 (empat) fase, yakni akumulasi, mark-up, distribusi, dan mark-down.
- Fase Akumulasi. Fase ini akan terlihat ketika harga pasar turun atau tidak terdapat perubahan harga yang signifikan. Biasanya, whales, investor institusional, atau trader berpengalaman akan membeli lebih banyak aset dalam fase ini karena harga sedang turun (baca: murah atau undervalued).
- Fase Mark-Up. Seperti namanya, fase ini ditandai dengan harga aset (crypto, saham, forex, dll) yang naik secara signifikan atau terjadi euforia yang besar dari pasar. Ini biasanya terjadi ketika investor dengan dana besar (bisa disebut whale atau bandar) membeli aset dalam jumlah signifikan, sehingga mendorong harga naik tinggi. Kondisi ini biasanya membuat ritel-ritel ikut membeli dan tidak ingin ketinggalan euforia, sering juga terjadi FOMO.
- Fase distribusi. Ini merupakan fase di mana bandar atau whale menjual kepemilikan asetnya secara perlahan untuk menurunkan harga aset. Kenapa secara perlahan? Agar penurunan harga aset tidak terlalu signifikan. Ini dilakukan oleh bandar karena mereka sebelumnya telah membeli aset di harga lebih rendah, kemudian menjualnya di harga tinggi.
- Fase Mark-Down. Kebalikan dari mark-up, fase mark-down juga sering dikenal sebagai “cuci piring” di mana bandar menjual aset mereka dalam jumlah besar di harga atas, sehingga mendorong penurunan harga. Dalam fase ini, ritel-ritel sering terjebak dengan asumsi bahwa “harga aset saat ini sudah murah”, ternyata harga terus turun. Ketika ritel-ritel menjual asetnya di harga rendah karena tidak sanggup HODL atau menahan karena adanya kekhawatiran besar (fear), di saat itulah bandar akan kembali mengakumulasi.
Pola Grafik Candlestick (Candlestick Pattern)
Pola grafik candlestick adalah berbentuk persegi panjang dengan warna yang umumnya digunakan yakni hijau atau merah, dan garis yang muncul dari atas dan bawah — terlihat menyerupai candlestick. Candlestick adalah gambaran yang memberikan sinyal dan perspektif kepada trader dan investor tentang pergerakan harga suatu aset dalam periode tertentu.
Candlestick ini dapat memberikan informasi pergerakan harga dalam suatu periode tertentu, seperti bulanan (monthly), mingguan (weekly), harian (daily), empat jam (4 hours/4H), per jam (hour/H), dan yang paling kecil per satu menit.
Candlestick ini dapat mewakili perbedaan harga aset selama periode waktu yang telah dipilih. Jika candlestick berwarna hijau, itu menunjukkan kenaikan harga: bagian bawah candlestick mewakili harga pembukaan (open); bagian atas mewakili harga penutupan (close); sumbu paling atas mewakili harga tertinggi (high); dan sumbu paling bawah menunjukkan harga terendah (low). Begitu juga dengan candlestick warna merah. Namun, keduanya berbeda dari titik harga pembukaan (open) dan penutupan (close). Coba perhatikan gambar 1 berikut ini:
Pada intinya, candlestick pattern dapat memberikan trader dan investor wawasan tentang sjuatu sentimen untuk memprediksi pergerakan pasar. Anda dapat memahami lebih lengkap di artikel ini: Cara Membaca Candlestick
Volume Perdagangan (Trading Volume)
Volume perdagangan (trading volume) adalah metrik penting dari indikator teknikal yang dapat dilihat dengan mudah melalui grafik harga aset (crypto, forex, saham, dll). Volume perdagangan suatu aset biasanya ditampilkan pada kolom di sepanjang bagian bawah grafik harga.
Tinggi setiap kolom mewakili tingkat volume, sementara warna setiap kolom menunjukkan tekanan beli dan jual. Ketika trading volume berwana hijau, itu menunjukkan peningkatan permintaan (minat) pada aset, atau terjadi tekanan beli. Sedangkan batang volume berwarna merah menunjukkan penurunan permintaan terhadap aset, atau terjadi tekanan jual.
Penting bagi trader dan investor untuk memahami apa itu volume perdagangan. Pasalnya, volume perdagangan dapat memberikan wawasan dan sinyal tertentu tentang momentum pergerakan harga. Volume trading yang tinggi yang dipasangkan dengan apresiasi harga, maka akan memberikan indikasi momentum signifikan untuk kelanjutan tren harga naik. Sebaliknya, ketika volume perdagangan tinggi seiring dengan penurunan atau depresiasi harga, maka menjadi sinyal kelanjutan tren turun.
Sementara itu, volume perdagangan yang rendah mengindikasikan tren harga saat ini — baik uptrend atau downtrend — tidak akan berlanjut. Jika terjadi lonjakan volume yang sangat signifikan secara tiba-tiba, itu biasanya terjadi karena sentimen pasar tertentu.
Misalnya dalam crypto, ketika suatu aset kripto mengumumkan proyek terbaru, kemudian ditanggapi menjadi sentimen positif oleh pasar, maka biasanya volume akan naik tinggi secara tiba-tiba dan diiringi dengan kenaikan harga aset. Sebaliknya, saat terjadi berita atau sentimen negatif, volume tinggi juga terjadi dan diiringi dengan penurunan harga aset.
Garis Tren (Trend Line)
Analisis teknikal (technical analysis/TA) juga berkaitan erat dengan proses mengidentifikasi tren harga suatu aset atau trend line. Dalam konteks analisis pasar, tren dapat mengacu pada arah kecenderung dari pergerakan harga suatu aset yang diperkirakan akan terus berlanjut. Secara umum, ada tiga jenis trend line suatu aset (crypto, saham, forex, dll), yaitu sebagai berikut:
- Tren naik (uptrend). Harga aset dalam tampilan grafik (chart) cenderung bergerak naik ke atas dalam periode tertentu. Ini terjadi saat aset dalam permintaan tinggi, atau pembelian secara signfinikan.
- Tren mendatar (sideways). Harga aset berdasarkan grafik cenderung bergerak mendatar atau ke samping, alias tidak dapat disebut cenderung naik atau turun.
- Tren turun (downtrend). Harga aset melalui tampilan grafik cenderung bergerak turun atau ke bawah. Ini terjadi ketika aset dalam permintaan rendah, atau penawaran tinggi, sehingga terjadi penjualan yang signifikan.
Pada intinya, trend line dapat memberikan visualisasi terhadap tren pasar dan memberikan sinyal yang cukup efektif untuk melihat pergerakan aset di masa depan. Garis tren, bagaimanapun juga, dapat menjadi alat untuk mengidentifikasi level support dan resistance.
Level Support dan Resistance
Level support dan resistance adalah indikator yang digunakan untuk melihat titik tertentu pada grafik harga. Secara sederhana, ini dapat mengacu pada saat harga aset menemukan level atau area yang kuat. Level support adalah ketika harga aset menemukan titik dasar (bawah), dan saat aset menyentuh titik tersebut, harga akan memantul ke atas. Sedangkan level resistance adalah ketika harga set mencapai batas atas, dan saat aset menyentuh titik tersebut, harga akan kembali memantul ke bawah.
Pada umumnya, trader dan investor akan menggunakan level support dan resistance untuk mencerminkan titik harga utama suatu aset yang sebelumnya menunjukkan peningkatan dari aktivitas perdagangan atau minat pasar. Psikologi pasar dianggap memainkan peran utama dalam penempatan level support dan resistance — tidak sedikit trader yang memperhatikan level yang sama, yang kemudian dapat menyebabkan perubahan pasar seperti adanya peningkatan likuiditas.
Lalu, bagaimana cara menggunakan atau membaca atau menginterpretasikan level support dan resistance? Saat harga aset menyentuh support, itu biasanya menjadi sinyal beli (buy) — dengan asumsi bahwa harga akan kembali naik ke atas. Sebaliknya, saat aset menyentuh resistance, itu menjadi sinyal jual (sell) — dengan asumsi harga akan kembali turun ke bawah. Namun perlu diperhatikan, saat harga aset berhasil menembus level support dan resistance, itu dapat memberikan peluang strategis dan dapat disesuaikan dengan arah tren harga.
Moving Averages (MA)
Untuk memberikan wawasan lebih luas dalam analisis teknikal, trader dan investor dapat mempertimbangkan indikator moving averages (MA) yang secara umum menjelaskan apakah harga sedang bullish atau bearish. Secara umum, ada dua jenis MA yang sangat populer, yakni simple moving average (SMA) dan exponential moving average (EMA).
Simple moving average (SMA)
Simple moving average (SMA) menampilkan harga penutupan rata-rata aset dalam periode waktu tertentu. Sebagai contoh, SMA untuk periode 7 (tujuh) hari akan menunjukkan pergerakan naik dan turun yang melintasi grafik karena perubahan harga penutupan dilakukan untuk setiap hari. SMA memberikan konteks lintas waktu dalam pasar, yang membantu trader untuk menghilangkan kebisingan volatilitas harga dalam konteks 24 jam dan bisa memperoleh pemahaman yang jauh lebih dalam tentang tren pasar saat ini.
Sebagai catatan penting: Ketika mengacu pada grafik (chart) suatu aset, simple moving average (SMA) dapat tampilkan sebagai SMA (X) atau MA (X). Simbol X adalah jumlah periode yang akan diperhitungkan untuk menghitung rata-rata — periode ini dapat berupa bulanan, mingguan, harian, dan periode lebih pendek. Misalnya, saat Anda memilih periode harian (daily), maka MA (7) menunjukkan pergerakan rata-rata dalam tujuh hari terakhir.
Exponential moving average (EMA)
Exponential moving average (EMA) sedikit lebih kompleks. Alih-alih hanya menghitung harga penutupan rata-rata selama tujuh hari, EMA memperlakukan harga penutupan setiap hari dengan tujuan atau kepentingan yang sama. EMA memberikan bobot yang lebih besar pada nilai harga penutupan yang lebih dekat dengan periode waktu hari ini. Ketika menghitung EMA suatu aset, hari terakhir akan diberikan bobot lebih dalam penghitungan daripada hari sebelumnya, di mana hari pertama dalam periode waktu akan diberikan bobot paling sedikit.
Moving average (MA) menjadi sangat penting saat untuk menentukan level resistance. Ketika harga penutupan harian suatu aset turun di bawah MA, ini menjadi level resistance — sementara harga yang lebih rendah dari MA memberikan sinyal bahwa pedagang menjual pada titik tertentu. Namun, harga penutupan harian suatu aset yang melebihi MA dapat mengindikasikan pasar yang bullish.
Relative strength index (RSI)
Relative strength index (RSI) adalah indikator yang mengimplementasikan rumus matematika ke data harga sehingga mampu menghasilkan pembacaan yang turun antara 0 dan 100. RSI memberikan wawasan wawasan tentang apakah sebuah aset sedang jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold) — dalam pembacaan dari 100, misalnya, itu menunjukkan bahwa suatu aset overbought.
RSI dihitung dengan rata-rata keuntungan suatu aset dalam periode 14 hari dan akan membaginya dengan kerugian rata-rata. Kemudian, ini akan memberikan informasi tentang apakah aset tersebut mengalami periode keuntungan yang diperpanjang atau justru kerugian. Dalam aturan umum, suatu aset dianggap oversold ketika RSI turun di bawah 30, dan aset dianggap overbought ketika RSI di atas 70.
Indikator Teknikal Lainnya
Pada dasarnya, ada banyak sekali indikator teknikal yang dalam dipergunakan untuk mendukung analisis teknikal. Contoh indikator teknikal lainnya seperti Moving Average Convergence Divergence (MACD) yang bisa disebut sangat bergantung pada dua EMA sebagai bagian utama dari proses perhitungan, ini jauh lebih kompleks. Kemudian, ada pula indikator Stochastic RSI yang mengintegrasikan RSI standar dalam rumus matematika. Selain itu ada pula indikator bollinger bands (BB) yang digunakan untuk melihat volatilitas harga suatu aset dan juga menunjukkan overbought dan oversold. Lalu, indikator commodity channel index (CCI) yang mampu menunjukkan kekuatan tren harga.
Analisis Teknikal vs. Analisis Fundamental
Secara umum, analisis teknikal digunakan untuk melihat pola pergerakan harga aset melalui data pasar yang disajikan dalam bentuk grafik (chart). Jadi, basis utama analisis teknikal adalah data pasar atau harga aset di pasar atau aspek kuantitatif. Sedangkan analisis fundamental digunakan untuk melihat aspek kualitatif dari aset tersebut, seperti proyek yang dijalankan, prospek bisnis, pangsa pasar, kesehatan keuangan, manajemen, orang-orang di belakang proyek, dan sebagainya.
Jadi pada intinya, analisis teknikal sangat berfokus pada perilaku dan sentimen pasar, sedangkan pendekatan fundamental berfokus pada penilaian valuasi suatu aset dan dapat menentukan apakah aset tersebut masih undervalued atau sudah overvalued.
Pandangan Akhir
Analisis teknikal (technical analysis) adalah alat analisis yang terdiri dari beragam indikator yang pada akhirnya digunakan untuk melihat sinyal tertentu dari pergerakan harga aset di pasar. Analisis teknikal dapat membantu trader dan investor dalam mengambil keputusan strategis dari pergerakan aset di pasar, baik untuk pasar crypto, saham, forex, dan lainnya. Yang paling umum, analisis teknikal sering kali dipakai untuk menentukan kapan trader harus membeli (buy), menahan (hold), dan menjual (sell) aset. Ini akan kembali lagi pada indikator-indikator teknikal yang digunakan, bisa dalam bentuk kombinasi untuk melihat gambaran lebih akurat.
Sementara itu, alih-alih hanya melihat pergerakan aset di pasar, trader dan investor dapat melihat bagaimana prospek jangka panjang dari aset tersebut dengan melakukan metode fundamental. Dalam konsep umum, harga aset dalam jangka panjang pada akhirnya akan kembali pada fundamentalnya. Pada umumnya, trader lebih cenderung melihat aspek teknikal atau prospek jangka pendek, sedangkan investor cenderung melihat aspek fundamental karena melihat prospek aset dalam jangka panjang. Periode waktu jangka pendek sering kali di bawah satu tahun (relatif), sementara jangka panjang biasanya di atas itu.