Ketika investasi saham, banyak investor mencari cara terbaik untuk mendapatkan keuntungan dari modal yang mereka tanamkan. Salah satu strategi populer adalah investasi dalam saham dividen (dividend stock), di mana investor memperoleh keuntungan melalui pembayaran dividen secara berkala. Untuk mengukur tingkat keuntungan dari dividen, investor sering menggunakan dividend yield sebagai indikator utama.
Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai dividend yield dalam dunia saham, termasuk pengertian, rumus, cara menghitung, faktor yang memengaruhi, dan strategi investasi berbasis dividen.
Pengertian Dividend Yield
Dividend yield adalah rasio keuangan yang mengukur persentase dividen tahunan per saham dibandingkan dengan harga saham saat ini. Rasio ini membantu investor memahami seberapa besar dividen yang akan mereka terima dalam satu tahun relatif terhadap harga saham yang mereka beli.
Secara sederhana, dividend yield menunjukkan seberapa besar “return” yang diperoleh investor dari dividen tanpa memperhitungkan capital gain atau kenaikan harga saham.
Berikut adalah definisi dividend yield menurut para ahli:
- Brigham & Houston (2013): Dividend yield adalah rasio yang menggambarkan persentase dividen tahunan yang dibayarkan oleh perusahaan terhadap harga pasar sahamnya.
- Gitman & Zutter (2015): Dividend yield merupakan indikator profitabilitas dividen yang dapat digunakan investor dalam menilai potensi return suatu saham.
- Ross, Westerfield, & Jaffe (2019): Dividend yield mencerminkan imbal hasil tunai yang diterima investor dari kepemilikan saham dalam bentuk dividen.
Rumus Dividend Yield
Rumus untuk menghitung dividend yield adalah sebagai berikut:
Dividend Yield = (Dividen per Saham ÷ Harga Saham Saat Ini) × 100%
- Dividen per Saham (DPS): Total dividen yang dibagikan per lembar saham dalam satu tahun.
- Harga Saham Saat Ini: Harga pasar saham ketika investor membeli atau menganalisis saham tersebut.
Contoh Cara Menghitung Dividend Yield
Misalkan, sebuah perusahaan membagikan dividen tahunan sebesar Rp500 per saham, dan harga saham saat ini adalah Rp10.000 per lembar saham. Maka, perhitungan dividend yield yaitu: Dividend Yield = (500 ÷ 10.000) × 100% = 5%.
Artinya, jika investor membeli saham tersebut dengan harga Rp10.000, mereka akan mendapatkan return dari dividen sebesar 5% per tahun.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dividend Yield
Dividend yield bisa berubah-ubah tergantung pada beberapa faktor berikut:
1. Kebijakan Dividen Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki kebijakan berbeda dalam membagikan dividen. Perusahaan yang lebih fokus pada pertumbuhan biasanya membayar dividen lebih rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali.
2. Harga Saham
Karena dividend yield dihitung berdasarkan harga saham, jika harga saham naik, maka dividend yield akan turun (asalkan dividen tetap). Sebaliknya, penurunan harga saham turun akan mendorong kenaikan dividend yield.
3. Stabilitas Laba Perusahaan
Perusahaan yang memiliki laba stabil cenderung memiliki kebijakan dividen yang konsisten. Sebaliknya, jika perusahaan mengalami kerugian atau penurunan laba, pembayaran dividen bisa dikurangi atau dihentikan.
4. Siklus Ekonomi dan Suku Bunga
Dalam kondisi ekonomi yang baik, banyak perusahaan mampu meningkatkan pembayaran dividen. Sebaliknya, dalam resesi, perusahaan cenderung mengurangi atau menahan pembagian dividen. Selain itu, ketika suku bunga naik, dividend stock mungkin menjadi kurang menarik dibandingkan obligasi atau deposito dengan imbal hasil tinggi.
Strategi Investasi Berdasarkan Dividend Yield
Investor yang fokus pada saham yang rutin membayarkan dividen (dividend stock) dapat menggunakan beberapa strategi berikut untuk memaksimalkan keuntungan:
- Dividend Growth Investing (DGI): Strategi ini berfokus pada saham yang secara konsisten meningkatkan dividen setiap tahun. Investor memilih perusahaan dengan sejarah panjang dalam meningkatkan dividen, seperti saham Dividend Aristocrats di pasar AS.
- High Dividend Yield Investing: Strategi ini memilih saham dengan dividend yield tinggi, tetapi tetap mempertimbangkan keberlanjutan pembayaran dividen dan stabilitas keuangan perusahaan.
- Dividend Reinvestment Plan (DRIP): Investor yang menerapkan strategi ini akan menggunakan dividen yang diterima untuk membeli lebih banyak saham, sehingga mempercepat pertumbuhan investasi mereka melalui efek compounding.
- Diversifikasi Portofolio: Agar risiko lebih tersebar, investor bisa berinvestasi dalam beberapa saham dividen dari berbagai sektor industri, seperti keuangan, konsumen, energi, dan telekomunikasi.
Contoh Dividend Yield Tinggi di Indonesia
Beberapa contoh saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan dividend yield tinggi dalam beberapa tahun terakhir:
Kode Saham | Nama Perusahaan | Dividend Yield (%) |
BBNI | Bank Negara Indonesia | 6.5% |
BMRI | Bank Mandiri | 6.0% |
TLKM | Telekomunikasi Indonesia | 5.8% |
UNVR | Unilever Indonesia | 5.5% |
PTBA | Bukit Asam | 10.0% |
Catatan: Dividend yield bisa berubah setiap tahun tergantung kebijakan perusahaan dan harga saham di pasar.
Kesimpulan
Dividend yield adalah indikator penting dalam investasi saham yang menggambarkan tingkat pengembalian dividen relatif terhadap harga saham. Metrik ini membantu investor dalam memilih saham yang dapat memberikan pendapatan pasif secara konsisten.
Namun, investasi berbasis dividend yield juga memiliki risiko, terutama jika dividend yield tinggi disebabkan oleh penurunan harga saham yang signifikan. Oleh karena itu, investor perlu melakukan analisis fundamental secara menyeluruh sebelum berinvestasi dalam saham dividen.
Dengan strategi yang tepat, seperti Dividend Growth Investing (DGI) atau High Dividend Yield Investing, investor dapat membangun portofolio yang kuat dan memperoleh keuntungan jangka panjang melalui pendapatan dividen yang stabil.