Istilah dan Konsep ARA dan ARB dalam Pasar Saham

Pada suatu bursa efek, saham dapat dihentikan perdagangannya karena mengalami ARA dan ARB. Bagi investor yang belum terbiasa, istilah-istilah ini mungkin masih asing.

ARA dan ARB berkaitan dengan mekanisme auto rejection yang ada dalam perdagangan saham. Fungsi utama dari auto rejection ini adalah melindungi para investor. Dengan kata lain, auto rejection menetapkan batas bawah dan atas pergerakan harga saham dalam satu hari perdagangan.

Sistem bursa secara otomatis akan menolak atau mengabaikan order jual atau beli jika harga saham telah mencapai batas tertentu. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelancaran proses perdagangan saham di bursa. Mari telusuri lebih jauh apa itu ARA dan ARB saham.

Definisi ARA dalam Saham

ARA (Auto Rejection Atas) adalah batasan atas kenaikan harga saham dalam satu hari. Batas ini dinyatakan dalam persentase. Mekanisme ARA telah diatur dalam SK Direktur BEI No. Kep-00055/BEI/03-2023.

Ketentuan mengenai persentase auto rejection atas (ARA) dan auto rejection bawah (ARB) bisa berubah sesuai dengan kebijakan Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebagai contoh, selama masa pandemi, batas ARB ditetapkan sekitar 7% agar transaksi di bursa tetap likuid. Namun, pada tanggal 5 Juni 2023, kebijakan ARA dan ARB saham diubah sesuai dengan SK BEI No. Kep-00055/BEI/03-2023:

Rentang Harga Auto Rejection Atas Auto Rejection Bawah
50-200 35% < 50 rupiah atau saat turun lebih 15%
>200-5.000 25% 15%
>5.000 20% 15%

Contoh: Pada tanggal 13 Oktober 2023, harga saham BRIS (kode saham untuk bank BRI Syariah) ditutup pada level Rp1.130. Jika harga BRIS naik menjadi Rp1.410 pada tanggal 14 Oktober 2023, kenaikan tersebut mencapai 24,89%. Mengingat kisaran harga saham BRIS yang berkisar antara Rp200 hingga Rp5.000, batas ARA saham BRIS adalah 25%.

Contoh lain: Harga saham TLKM ditutup pada harga Rp4.000 pada perdagangan sebelumnya. Berdasarkan aturan yang berlaku, batas auto rejection atas untuk saham ini adalah 25%. Jika harga saham TLKM naik menjadi Rp5.000, maka akan mengalami ARA.

Peningkatan nilai ARA bisa dua kali lipat, terutama pada saham yang baru pertama kali diperdagangkan atau pada hari pertama perdagangan. Seringkali, saham yang baru IPO (initial public offering) dapat melonjak beberapa kali lipat pada hari pertama di bursa.

Selain saham IPO, ada jenis saham tertentu yang harganya bisa mencapai nilai ARA. Ini sering terjadi pada saham yang sedang mendapat sentimen khusus, seperti aksi korporasi seperti merger atau akuisisi. Sehingga, suatu saham bisa menyentuh batas ARA pada hari perdagangan atau hari berikutnya.

Biasanya, saham yang mencapai batas ARA bukanlah saham dengan kapitalisasi pasar besar (big caps). Saham-saham dengan kapitalisasi kecil hingga menengah lebih cenderung mengalami ARA.

Kehadiran ARA bisa memberikan kesan bahwa investasi saham bisa memberikan keuntungan instan. Namun, perlu diingat bahwa nilai ARA suatu saham tidak selalu dapat diprediksi. Investor harus selalu mempertimbangkan risiko dalam trading saham.

Namun, karena nilai ARA dan ARB bisa berubah, penting untuk selalu memahami kebijakan terbaru terkait auto rejection atas dan bawah.

Definisi ARB dalam Saham

ARB adalah batasan bawah penurunan harga saham atau Auto Rejection Bawah. Ini merupakan kebalikan dari ARA. Selama pandemi COVID-19, batas ARB untuk semua harga saham adalah 7% untuk menjaga likuiditas transaksi di Bursa Efek Indonesia. Namun, seiring pemulihan ekonomi, BEI menerapkan SK BEI No. Kep-00055/BEI/03-2023 yang mulai berlaku pada Juni 2023. Nilai ARB diatur sesuai dengan tabel di atas.

Artinya, jika saham JPFA pada tanggal 5 Oktober 2023 diharga Rp1.000, saham ini akan mengalami ARB jika turun sebesar Rp150 menjadi Rp850 per lembar. Ini berarti, dalam kondisi apapun, harga saham JPFA tidak akan turun di bawah Rp850 per lembar.

Apa Pentingnya ARA dan ARB dalam Saham?

Kehadiran ARA dan ARB sangat bermanfaat bagi investor, terutama bagi yang masih pemula dan ritel, untuk melindungi dari fluktuasi harga yang tajam. Saham yang berulang kali mencapai level ARA atau ARB dalam periode tertentu dapat dihentikan perdagangannya sementara. Ini berlaku sampai bursa merasa bahwa pergerakan harga saham telah kembali normal.

ARA dan ARB membantu mengendalikan fluktuasi pergerakan harga saham dalam satu hari. Hal ini memungkinkan trader untuk memilih waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham dengan jaminan bahwa harganya tidak akan turun atau naik melebihi batas ARA yang telah ditetapkan.

Saham-saham yang sering mengalami ARA atau ARB lebih sesuai untuk trader berpengalaman, terutama yang terbiasa dengan fluktuasi cepat dalam harga saham. Saham-saham dengan ARA atau ARB sebaiknya dihindari oleh investor pemula.

Fluktuasi harga saham yang signifikan dalam satu hari bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk sentimen pasar dan persentase saham yang tersedia di bursa (free float). Ketika persentase saham yang tersedia rendah, sentimen positif atau negatif bisa berdampak besar pada perubahan harga.

Respons Terkait ARA dan ARB oleh Investor Saham

Bagaimana investor pemula seharusnya merespons saham yang mengalami ARA atau ARB? Jika Anda adalah investor jangka panjang dan percaya bahwa perubahan harga bersifat sementara, Anda bisa menunggu masa suspensi berakhir. Namun, bagi trader, adanya ARA dan ARB saham harus menjadi pertimbangan utama dalam menentukan target keuntungan.

Scroll to Top