Ethereum adalah cryptocurrency terbesar kedua di bursa kripto berdasarkan nilai kapitalisasi pasar/market cap setelah Bitcoin. Pada dasarnya, Ethereum merupakan platform kontrak pintar/smart contract yang paling banyak diadopsi, dan bahkan menjadi tuan rumah bagi lebih dari 3.000 aplikasi terdesentralisasi atau decentralized apps/dApps. Sementara itu, Ethereum Classic muncul bersama Ethereum sebagai sebuah hasil dari hard fork pada tahun 2016. Berikut ini penjelasan lebih jauh tentang Ethereum dan Ethereum Classic serta apa yang membedakannya.
Mengenal Hard Fork
Hard fork dapat mengacu pada saat blockchain secara permanen dibagi menjadi dua bagian, yang mengarah ke dua versi jaringan berbeda yang berjalan sepenuhnya secara terpisah. Mereka terjadi karena beberapa faktor; namun faktor paling umum yaitu untuk menyelesaikan perselisihan dalam komunitas blockchain.
Sebagaimana diketahui, blockchain beroperasi tanpa otoritas pusat, artinya setiap keputusan tata kelola/governance terkait dengan blockchain selalu diselesaikan melalui pemungutan suara komunitas. Jika misalnya anggota komunitas tidak setuju terkait kemungkinan meningkatkan atau mengubah protokol, maka hard fork dapat diusulkan. Ini kemudian menghasilkan versi blockchain lama yang berjalan secara terpisah ke versi yang telah ditingkatkan. Dengan kata lain, cryptocurrency jenis lain dibuat dalam prosesnya.
Beberapa hard fork telah terjadi sejak penciptaan cryptocurrency, seperti hard fork Litecoin, Bitcoin Cash dan termasuk Ethereum Classic.
Hard Fork Ethereum ClassicÂ
Setelah diluncurkan pada tahun 2015, setahun berikutnya Vitalik Buterin (salah satu founder Ethereum) mengusulkan untuk membawa smart contract yang dijalankan sendiri ke Ethereum untuk memungkinkan pengembangan dApps. Decentralized autonomous organizations (DAO) kemudian diciptakan untuk mendanai pengembangan dApps di Ethereum.
Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa peretas mampu mengeksploitasi celah dalam DAO ini, mengurasnya sebesar $ 50 juta dolar. Nilai ini lebih dari sepertiga dana yang telah disimpan dalam smart contract DAO. Sementara aturan DAO hanya mengizinkan dana ditarik setelah 28 hari.
Pada saat itu, komunitas Ethereum panik karena mencari cara untuk memperbaiki keadaan. Sebagian dari komunitas ingin tetap melanjutkan dan menjaga etika dan ideologi platform agar tetap utuh karena mereka yakin bahwa peretasan itu tidak etis tetapi valid. Mereka juga menyatakan bahwa membalikkan transaksi $ 50 juta juga dianggap bertentangan dengan moto desentralisasi melalui blockchain.
Sebaliknya, sebanyak lebih dari 87% anggota masyarakat setuju bahwa hard fork akan memulihkan dana curian sebelum periode penguncian 28 hari berakhir. Konflik ini kemudian menimbulkan perpecahan pada jaringan Ethereum. Pendukung hard fork mencapai jumlah mayoritas dan membuat perubahan pada jaringan untuk memulihkan dana. Sedangkan versi modifikasi dari jaringan Ethereum mempertahankan namanya, Ethereum (ETH).
Sementara itu, ada sekitar 13% dari komunitas yang tidak setuju dengan hard fork yang terus mengoperasikan versi jaringan yang lebih lama dengan nama barunya, Ethereum Classic. Cryptocurrency aslinya disebut ETC.
Tahukah Anda? Ethereum adalah blockchain pertama yang berhasil memungkinkan pengembangan dApps. Ini dilakukan untuk memperluas kasus penggunaan Ethereum selain hanya transaksi.
Ethereum vs Ethereum Classic
Meskipun pada dasarnya menjadi dua jaringan blockchain yang benar-benar terpisah, Ethereum dan Ethereum Classic berbagi fitur serupa. Ethereum memang menjadi blockchain yang jauh lebih besar dan lebih banyak diadopsi, namun mereka berdua pada dasarnya menyediakan platform bagi developer untuk menggunakan smart contract untuk membangun dApps. Akan tetapi, ada beberapa perbedaan utama dari Ethereum dan Ethereum Classic, yaitu sebagai berikut:
Protokol Konsensus
Awalnya dirancang sebagai blockchain dengan mekanisme konsensus Proof of Work (PoW), Ethereum sedang dalam proses transisi ke mekanisme Proof of Stake (PoS). Alasannya karena PoS dapat menawarkan skalabilitas dan kecepatan lebih baik sambil mengurangi biaya biaya gas (gas fee) pada jaringan. Ethereum memulai proses transisi dari PoW ke PoS pada Desember 2020 sementara Ethereum Classic sama sekali belum mengumumkan rencana transisi apa pun dan mungkin diperkirakan akan tetap sebagai blockchain berbasis PoW.
Adopsi dan Penggunaan
Berbicara tentang pengembangan dApps dan/atau keputusan investasi di sektor mata uang kripto, Ethereum (ETH) adalah pilihan yang lebih banyak digunakan atau diadopsi daripada Ethereum Classic (ETC). Terbukti, saat ini Ethereum berada di posisi ke-2 teratas di bursa dari segi nilai market cap. Bahkan, market cap ETH mencapai lebih dari 115 kali ukuran ETC. Ini menunjukkan dominasi yang besar dari ETH. Tidak hanya itu, Ethereum juga mampu memproses 40 kali transaksi lebih banyak daripada Ethereum Classic.
Keamanan
Keamanan Blockchain umumnya bergantung pada jumlah node yang mengoperasikan jaringan tertentu. Lebih banyak node dapat menunjukkan keamanan yang lebih besar. Ethereum Classic hanya memiliki komunitas kecil dan lebih sedikit node blockchain yang mengoperasikan jaringan. Ini berarti tingkat keamanan yang kurang, dan konsekuensinya jaringan Ethereum Classic pernah mendapatkan tiga serangan 51% pada Agustus 2020. Bahkan, beberapa bursa (crypto exchanges) sempat mempertimbangkan untuk menghapus coin ETC dari platform karena isu keamanan. Sementara itu sebaliknya, tidak ada ancaman serius yang terjadi pada jaringan Ethereum, sehingga dapat disebut lebih aman daripada Ethereum Classic.
Pandangan Akhir
Ketika para pendiri Ethereum dan 87% komunitasnya mendukung hard fork, Ethereum akan mencapai kesuksesan yang jauh lebih besar daripada Ethereum Classic. Terbukti, saat ini Ethereum adalah platform smart contract dan dApps terbesar serta menjadi jaringan blockchain terbesar kedua setelah Bitcoin. Sementara itu, Ethereum Classic adalah blockchain yang tetap lebih kecil dengan jumlah adopsi dan investasi yang minim. Dengan demikian, Ethereum menjadi pilihan yang lebih ideal daripada Ethereum Classic.