Interest Coverage Ratio: Rumus, Soal, Analisis & Interpretasi

Interest Coverage Ratio adalah salah satu rasio keuangan yang sangat penting dalam menilai kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban bunganya. Investor, kreditur, dan lembaga pemeringkat seperti Moody’s Investors Service sering menggunakannya untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan dan risikonya.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam apa itu interest coverage ratio, bagaimana rumus interest coverage ratio, cara analisis dan interpretasi interest coverage ratio, serta contoh perhitungannya.

Pengertian Interest Coverage Ratio

Interest Coverage Ratio adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa besar laba operasional suatu perusahaan yang tersedia untuk membayar beban bunga utangnya. Menurut Horne & Wachowicz (2009), rasio cakupan (coverage ratios) ini membandingkan pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga untuk satu periode akuntansi tertentu. Secara sederhana, Interest Coverage Ratio adalah indikator yang menilai kemampuan laba perusahaan dalam menutupi beban bunga.

Semakin tinggi rasio ini, semakin kuat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bunganya, dan sebaliknya. Rasio ini penting karena menunjukkan kesehatan keuangan perusahaan dan kemampuannya untuk mengelola utang, yang menjadi perhatian utama kreditur dalam pengambilan keputusan pemberian pinjaman. Baca juga: Debt Service Coverage Ratio (DSCR) dan EBITDA.

Fungsi Interest Coverage Ratio

Fungsi utama dari Interest Coverage Ratio adalah menilai tingkat keamanan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bunga pada utangnya. Rasio ini digunakan untuk:

  1. Menilai Kinerja Keuangan: Membantu mengukur kesehatan keuangan perusahaan dan kemampuannya dalam membayar utang berbunga.
  2. Menghindari Risiko Kebangkrutan: Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki margin keamanan yang cukup besar, yang mengurangi risiko gagal bayar (default).
  3. Menganalisis Struktur Utang: Membantu investor dan kreditur untuk memahami struktur utang perusahaan serta kemampuan untuk memenuhi kewajiban utang.
  4. Menentukan Kemampuan Menambah Utang Baru: Perusahaan dengan Interest Coverage Ratio yang tinggi dianggap lebih mampu mengambil utang tambahan karena memiliki kapasitas pembayaran bunga yang memadai.

Rumus Interest Coverage Ratio

Cara menghitung Interest Coverage Ratio dapat menggunakan rumus berikut ini:

Rumus Interest Coverage Ratio (ICR) = EBIT ÷ Interest Expense

Keterangan:

  • EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) atau Laba Sebelum Bunga dan Pajak dapat ditemukan di laporan laba rugi perusahaan. Di laporan keuangan perusahaan publik yang terdaftar di BEI, istilah EBIT sering kali digantikan dengan “Laba Usaha” atau “Income from Operations.”
  • Interest Expense atau Beban Bunga adalah biaya yang harus dibayarkan perusahaan untuk bunga atas utangnya. Beban ini biasanya tercantum di laporan laba rugi sebagai “beban keuangan” atau “finance expenses.”

Contoh Soal Interest Coverage Ratio dan Jawabannya

Untuk lebih memahami cara menghitung dan menganalisis Interest Coverage Ratio, berikut adalah contoh soal interest coverage ratio dan jawabannya.

Kasus: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) pada laporan keuangan tahun 2020 mencatatkan:

  • Laba Usaha (EBIT) = 9.201.012 juta
  • Beban Keuangan (Interest Expense) = 670.545 juta

Jawab: Interest Coverage Ratio = 9.201.012 ÷ 670.545 = 13,7 kali

Dengan rasio ini, Indofood memiliki kemampuan untuk membayar beban bunga sebesar 13,7 kali. Nilai Interest Coverage Ratio yang baik umumnya lebih besar dari 1, karena menunjukkan bahwa perusahaan mampu menutupi biaya bunga dengan laba operasi yang dihasilkan. Dalam kasus ini, rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa Indofood memiliki posisi yang aman dalam memenuhi kewajiban bunga.

Cara Interpretasi Interest Coverage Ratio

Cara Interpretasi Interest Coverage Ratio penting untuk mengetahui seberapa efektif perusahaan mengelola kewajiban bunganya:

  • Nilai Tinggi (> 3): Menunjukkan posisi keuangan yang kuat dan menunjukkan kemampuan laba perusahaan dalam menanggung beban bunga dengan mudah. Nilai di atas rata-rata industri biasanya dianggap sangat positif.
  • Nilai Sedang (1 – 3): Menunjukkan perusahaan dapat menanggung beban bunga tetapi dengan margin yang lebih ketat. Nilai ini masih dianggap cukup baik namun memiliki margin keamanan yang lebih kecil.
  • Nilai Rendah (< 1): Menunjukkan risiko gagal bayar yang tinggi. Nilai di bawah 1 berarti perusahaan tidak memiliki cukup laba untuk membayar bunga utangnya, yang dapat menandakan potensi kebangkrutan atau likuidasi.

Nilai Interest Coverage Ratio yang baik biasanya tergantung pada industri dan stabilitas keuangan yang diinginkan. Bagi investor dan kreditur, nilai yang tinggi memberikan keyakinan terhadap stabilitas perusahaan.

Cara Analisis Interest Coverage Ratio

Untuk mengetahui seberapa baik nilai Interest Coverage Ratio suatu perusahaan, cara analisis interest coverage ratiodapat dilakukan melalui:

  1. Perbandingan Industri (Industry Benchmarking): Membandingkan rasio dengan rata-rata industri. Misalnya, jika rata-rata industri adalah 8x, maka rasio Indofood yang mencapai 13,7x menunjukkan kinerja yang baik di sektor manufaktur.
  2. Analisis Tren: Melihat perubahan nilai rasio dari waktu ke waktu untuk memahami tren kesehatan keuangan perusahaan. Kenaikan nilai rasio biasanya positif, sedangkan penurunan dapat menunjukkan penurunan kemampuan membayar beban bunga.
  3. Kondisi Ekonomi dan Suku Bunga: Kondisi ekonomi dan perubahan suku bunga juga berpengaruh. Jika suku bunga naik, beban bunga bisa meningkat dan menekan rasio ini.

Nilai Interest Coverage Ratio yang Baik

Secara umum, nilai Interest Coverage Ratio yang baik adalah yang berada di atas 3, karena menunjukkan bahwa perusahaan memiliki cukup laba untuk menanggung beban bunga. Namun, tergantung pada jenis industri, perusahaan yang lebih stabil secara keuangan dapat menetapkan standar yang lebih tinggi untuk Interest Coverage Ratio. Sebagai contoh, sektor teknologi cenderung memiliki rasio yang lebih tinggi karena tingkat keuntungan yang besar dan beban bunga yang relatif kecil.

Keterbatasan Interest Coverage Ratio

Seperti rasio keuangan lainnya, Interest Coverage Ratio memiliki kekurangan, antara lain:

  1. Tidak Mencakup Semua Biaya Utang: Hanya mempertimbangkan bunga, sehingga tidak memperhitungkan beban utang pokok yang harus dibayar.
  2. Pengaruh Suku Bunga Eksternal: Perubahan dalam suku bunga pasar dapat memengaruhi biaya bunga dan, pada akhirnya, nilai rasio ini.
  3. Tidak Menggambarkan Likuiditas Jangka Pendek: Meskipun memberikan gambaran tentang kesehatan jangka panjang, Interest Coverage Ratio tidak menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menutupi kebutuhan likuiditas jangka pendek.

Kesimpulan

Interest Coverage Ratio adalah metrik penting yang menilai kemampuan laba operasi perusahaan untuk menutupi beban bunga utang. Cara interpretasi Interest Coverage Ratio ini menunjukkan kesehatan finansial yang diandalkan oleh investor dan kreditur dalam menilai stabilitas perusahaan. Dengan memperhitungkan EBIT dan beban bunga, ICR memberikan panduan bagi pemangku kepentingan dalam memprediksi risiko gagal bayar dan potensi pengembangan utang baru.

Meskipun ICR adalah indikator yang kuat, cara analisis Interest Coverage Ratio perlu dilakukan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan kondisi industri dan tren ekonomi. Dengan demikian, cara menghitung interest coverage ratio yang benar, ditambah dengan analisis yang menyeluruh, memberikan panduan berharga dalam pengambilan keputusan investasi dan pemberian pinjaman.

Scroll to Top