Rasio Kas (Cash Ratio): Rumus, Analisis, Interpretasi, dll

Cash ratio berbeda dari rasio likuiditas lain seperti current ratio (rasio lancar) dan quick ratio (rasio cepat) karena hanya menggunakan aset paling likuid: kas atau setara kas. Dengan demikian, cash ratio memberikan pandangan yang lebih konservatif terhadap likuiditas perusahaan.

Berikut pembahasan lebih rinci mengenai pengertian dan rumus rasio kas (cash ratio), dan cara analisis dan interpretasi cash ratio yang baik menurut standar industri. Selain itu, juga dijelaskan cara menghitung cash ratio di bank serta peranannya dalam kesehatan finansial Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sesuai dengan ketentuan OJK.

Pengertian Rasio Kas (Cash Ratio)

Secara umum, cash ratio adalah rasio yang mengukur seberapa besar kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan liabilitas jangka pendek yang harus segera dibayar. Beberapa ahli menjelaskan cash ratio sebagai ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban tanpa mengandalkan aset lain.

Pengertian rasio kas (cash ratio) menurut Ross et al. (2013) adalah “alat yang digunakan untuk mengukur kecukupan kas yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendek.” Sementara itu, Libby et al. (2009) mendefinisikan rasio kas sebagai “rasio keuangan yang menunjukkan sejauh mana aset kas dan setara kas dapat menutupi kewajiban jangka pendek.”

Rumus Rasio Kas (Cash Ratio Formula)

Rumus untuk menghitung cash ratio bisa dengan menggunakan formula berikut ini: Cash Ratio = Cash ÷ Current Liabilities.

Keterangan:

  • Cash: Total kas dan setara kas, yang merupakan bagian dari aset lancar di laporan keuangan.
  • Current Liabilities: Kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang.

Contoh Soal Cash Ratio

Berdasarkan neraca PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk tahun 2019 (dalam jutaan rupiah), diketahui Total Kas dan Setara Kas sebesar Rp8.359.164 dan Total Liabilitas Jangka Pendek senilai Rp6.556.359. Hitunglah cash ratio perusahaan.

Jawab:

  • Cash Ratio = Cash ÷ Current Liabilities
  • = 359.164 ÷ 6.556.359
  • = 1,28x (kali)

Cara Interpretasi Cash Ratio

Berdasarkan contoh soal di atas, nilai rasio kas (cash ratio) Indofood tahun 2019 yaitu 1,28x (kali). Cara interpretasi cash ratio adalah jumlah kas Indofood 1,28x lebih banyak yang diperlukan untuk menutupi liabilitas lancar. Angka ini dapat menunjukkan posisi likuiditas yang kuat.

Cash ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki cadangan kas yang cukup untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Namun, rasio kas yang terlalu tinggi juga dapat dianggap sebagai ketidakefisienan karena perusahaan mungkin tidak memanfaatkan aset kasnya secara optimal.

Metode Analisis Cash Ratio

Ada tiga metode utama dalam menganalisis rasio kas (cash ratio), antara lain:

  1. Intracompany Analysis: Membandingkan cash ratio dengan rasio keuangan lain dalam perusahaan yang sama, seperti current ratio atau quick ratio.
  2. Trend Analysis: Mengamati tren cash ratio dari waktu ke waktu untuk memahami apakah likuiditas perusahaan membaik atau menurun.
  3. Industry Comparison: Membandingkan cash ratio perusahaan dengan rata-rata industri, yang membantu melihat posisi likuiditas relatif perusahaan.

Cash Ratio yang Baik Berapa Persen?

Tidak ada standar pasti, tetapi secara umum, cash ratio yang baik berada di atas 1 kali atau 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kas dan setara kas perusahaan cukup untuk menutupi semua utang jangka pendeknya. Jika nilai rasio kas di bawah 1 kali atau 100%, perusahaan mungkin mengalami kesulitan untuk membayar utang jangka pendek tanpa mengandalkan penjualan aset lain. Namun, cash ratio yang terlalu tinggi dianggap tidak efisien. Perusahaan yang menyimpan terlalu banyak kas mungkin kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan asetnya ke instrumen yang lebih produktif.

Kebijakan dan Ketentuan Cash Ratio Bank Menurut OJK

Ketentuan cash ratio telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, ini tidak berlaku untuk semua perusahaan, hanya untuk transformasi Lembaga Keuangan Mikro Konvensional (LKMK) yang menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Kebijakan ini tertuang di POJK No. 62/POJK.03/2016. Ada tiga poin penting yang menjelaskan rincian tentang aturan cash ratio tersebut yaitu:

  • Pertama, nilai rasio kas (cash ratio) minimal 4,05% yang memenuhi kriteria: (1) sehat sesuai ketentuan mengenai tingkat kesehatan BPR bagi LKMK Transformasi; atau (2) peringkat komponen dua mengacu pada ketentuan tentang tingkat kesehatan BPRS bagi LKMS Transformasi.
  • Kedua, nilai rasio kas atau cash ratio dapat menunjukkan kemampuan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) untuk memenuhi kewajiban (utang) lancar yang diukur berdasarkan kas (cash) + penanaman pada bank lain berbentuk giro dan tabungan, lalu dikurangi tabungan bank lain pada BPR, kemudian dibagi kewajiban segera + tabungan + deposito.
  • Ketiga, nilai rasio kas atau cash ratio dapat menunjukkan kemampuan BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah) untuk memenuhi kewajiban (utang) lancar yang diukur berdasarkan kas (cash) + giro + tabungan pada bank lain, lalu dibagi dengan utang lancar meliputi tabungan, deposito, utang pada bank lain, kewajiban segera, dan utang lainnya yang jatuh tempo sampai 1 (satu) bulan.

Cash Ratio BPR Menurut OJK

Pada sektor perbankan, khususnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR), perhitungan cash ratio mengikuti standar dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan POJK No. 62/POJK.03/2016, BPR dianggap sehat jika cash ratio-nya minimal berada pada 4,05%. Selain itu, cash ratio ini menunjukkan kemampuan BPR untuk memenuhi kewajiban dengan basis kas yang stabil, yang penting untuk menjaga kepercayaan kreditur dan pemegang saham. Standar ini memastikan bahwa BPR memiliki cukup kas untuk memenuhi utang jangka pendek secara berkelanjutan.

Fungsi dan Tujuan Penggunaan Cash Ratio

Cash ratio sangat berguna bagi berbagai pihak yang terlibat dengan keuangan perusahaan, di antaranya:

  • Investor: Sebagai indikator likuiditas jangka pendek perusahaan.
  • Kreditur (Bank): Sebagai tolok ukur kemampuan perusahaan dalam membayar kembali utang jangka pendek.
  • Manajemen Perusahaan: Untuk memastikan tingkat cadangan kas yang memadai dalam menghadapi krisis keuangan.

Kesimpulan

Rasio kas (cash ratio) adalah indikator penting yang membantu menilai likuiditas perusahaan dan kemampuan membayar utang jangka pendek hanya dengan menggunakan kas. Cash ratio yang ideal biasanya di atas 1 kali atau 100%, tetapi tetap bergantung pada sektor industri dan kondisi ekonomi. Bagi perusahaan seperti BPR, cash ratio minimal 4,05% adalah standar yang dianggap sehat oleh OJK, karena menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek.

Dengan memahami cash ratio, manajemen dapat membuat keputusan strategis yang tepat dalam menjaga kestabilan likuiditas perusahaan serta memenuhi kebutuhan operasionalnya. Rasio kas juga memberikan gambaran yang jelas bagi investor dan kreditur mengenai kondisi keuangan perusahaan, sehingga mereka dapat lebih percaya diri dalam menyalurkan investasi atau kredit ke perusahaan tersebut.

Scroll to Top