Dalam dunia akuntansi dan keuangan, Goodwill menjadi salah satu istilah yang sering muncul, terutama ketika membahas laporan keuangan perusahaan yang melakukan aksi korporasi seperti akuisisi dan merger.Â
Meski kerap dianggap sebagai aset tidak berwujud (intangible asset), banyak orang masih belum memahami sepenuhnya apa itu goodwill, bagaimana cara menghitungnya, serta dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Berikut pembahasan lengkap tentang goodwill mulai dari pengertian, komponen penyusun, metode perhitungan, hingga contoh nyata dalam laporan keuangan perusahaan.
Pengertian Goodwill
Goodwill adalah selisih lebih antara harga beli suatu perusahaan dengan nilai wajar dari aset bersih perusahaan yang diakuisisi. Dalam praktiknya, goodwill muncul ketika suatu perusahaan membeli perusahaan lain dengan harga yang lebih tinggi dari total nilai aset dikurangi kewajiban.
Menurut standar akuntansi keuangan (SAK) di Indonesia maupun standar internasional seperti IFRS (International Financial Reporting Standards), goodwill termasuk kategori intangible asset yang hanya bisa muncul saat terjadi transaksi bisnis, seperti akuisisi atau merger.
Kenapa Goodwill terbentuk? Goodwill mencerminkan nilai lebih suatu perusahaan yang tidak bisa diukur secara fisik, seperti:
- Reputasi perusahaan
- Brand awareness
- Hubungan pelanggan yang loyal
- Hak paten atau teknologi eksklusif
- Sumber daya manusia yang berkualitas
Dengan kata lain, goodwill merepresentasikan potensi keuntungan masa depan yang tidak tercermin dalam nilai aset berwujud.
Komponen Goodwill
Goodwill bukan hanya angka tanpa dasar. Ada beberapa komponen yang biasanya menjadi pertimbangan dalam menentukan nilai goodwill, di antaranya:
- Nama Merek (Brand Equity): Merek terkenal dengan reputasi kuat bisa meningkatkan nilai jual perusahaan.
- Relasi Pelanggan: Jaringan pelanggan loyal menciptakan potensi pendapatan jangka panjang.
- Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property): Paten, lisensi, hak cipta, dan teknologi unik dapat menjadi bagian dari goodwill.
- Keahlian Manajemen dan Karyawan: Tim manajemen yang solid dan tenaga kerja berpengalaman menjadi aset tak kasat mata yang memperkuat valuasi perusahaan.
- Keunggulan Kompetitif: Posisi pasar yang kuat, barrier to entry tinggi, hingga inovasi produk yang berkelanjutan bisa menambah nilai goodwill.
Cara Menghitung Goodwill
Rumus menghitung Goodwill yaitu sebagai berikut:
Goodwill = Harga Akuisisi – (Aset Berwujud + Aset Tak Berwujud Lain – Kewajiban)
Berikut contoh perhitungan Goodwill suatu perusahaan:
Misalnya, PT Invesnesia mengakuisisi PT Moneynesia dengan harga Rp100 miliar. Sementara itu, nilai wajar aset dan kewajiban PT Moneynesia adalah sebagai berikut:
- Aset berwujud: Rp70 miliar
- Aset tak berwujud lain (misal paten): Rp10 miliar
- Kewajiban: Rp20 miliar
Maka, goodwill yang diakui oleh PT Invesnesia yaitu sebagai berikut:
- Goodwill = Rp100 miliar – (Rp70 miliar + Rp10 miliar – Rp20 miliar)
- Goodwill = Rp100 miliar – Rp60 miliar
- Goodwill = Rp40 miliar
Jadi, Rp40 miliar inilah yang dicatat sebagai goodwill dalam laporan keuangan PT Invesnesia setelah akuisisi.
Goodwill dalam Laporan Keuangan
Goodwill tercatat di sisi aset neraca perusahaan dan dikategorikan sebagai aset tidak berwujud. Namun, berbeda dari aset tetap seperti properti atau mesin, goodwill tidak mengalami penyusutan (depreciation). Sebagai gantinya, goodwill diuji secara berkala melalui proses yang disebut impairment test.
Apa Itu Uji Penurunan Nilai (Impairment Test)?
Goodwill harus diuji apakah nilainya mengalami penurunan (impairment). Jika nilai terpulihkan lebih rendah dari nilai tercatat, selisihnya harus diakui sebagai kerugian penurunan nilai goodwill dalam laporan laba rugi.
Dampak Penurunan Nilai Goodwill:
- Mengurangi total aset dalam neraca.
- Mengurangi laba bersih karena adanya biaya impairment.
- Mengindikasikan bahwa akuisisi sebelumnya mungkin tidak sebaik yang diharapkan.
Oleh karena itu, pengelolaan goodwill menjadi penting agar tidak terjadi penurunan nilai yang drastis dari waktu ke waktu.
Manfaat dan Pentingnya Goodwill dalam Investasi
Bagi investor, angka goodwill dalam laporan keuangan dapat menjadi indikator penting. Berikut beberapa alasan mengapa goodwill perlu diperhatikan:
- Menggambarkan Strategi Akuisisi: Jika perusahaan memiliki goodwill yang besar, berarti mereka aktif dalam strategi akuisisi. Ini bisa menjadi pertanda ekspansi bisnis atau perluasan pasar.
- Mengindikasikan Nilai Tambahan: Goodwill tinggi bisa menunjukkan perusahaan target memiliki keunggulan kompetitif yang layak dihargai lebih mahal dari nilai asetnya.
- Potensi Risiko: Goodwill yang terlalu besar dibandingkan total aset bisa menjadi sinyal bahaya jika performa perusahaan yang diakuisisi buruk, karena berpotensi terjadi impairment yang besar.
Contoh Goodwill pada Perusahaan Publik (Tbk)
1. Goodwill PT Unilever Indonesia Tbk
Agar lebih konkret, mari kita lihat contoh goodwill dari laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Pada laporan keuangan konsolidasi UNVR per 31 Desember 2023, tercatat goodwill sebesar Rp2 triliun. Angka ini muncul akibat akuisisi anak usaha yang dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Goodwill tersebut rutin diuji penurunan nilai setiap tahun dan hingga kini belum ada indikasi impairment signifikan, yang berarti akuisisi berjalan cukup baik dan tetap memberikan kontribusi positif bagi grup usaha UNVR.
2. Goodwill GoTo
Pada Mei 2021, dua perusahaan teknologi terkemuka Indonesia, Gojek dan Tokopedia, resmi bergabung membentuk entitas baru bernama GoTo. Merger ini tidak hanya menciptakan konglomerat teknologi terbesar di Indonesia tetapi juga menghasilkan goodwill yang signifikan dalam laporan keuangan perusahaan.
- Pembentukan Goodwill dalam Merger GoTo
Goodwill muncul ketika suatu perusahaan mengakuisisi atau bergabung dengan perusahaan lain dengan harga yang melebihi nilai wajar aset bersihnya. Dalam kasus merger Gojek dan Tokopedia, nilai akuisisi Tokopedia tercatat sebesar Rp103,2 triliun pada saat merger di bulan Mei 2021, sedangkan goodwill yang dihasilkan tercatat sebesar Rp93,12 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa Rp10 triliun adalah aset bersih Tokopedia pada saat akuisisi.
- Dampak Goodwill terhadap Laporan Keuangan GoTo
Setelah merger, goodwill tersebut tercatat dalam aset tidak berwujud di neraca GoTo. Namun, pada tahun 2023, GoTo mencatatkan rugi bersih sebesar Rp90,3 triliun, yang sebagian besar disebabkan oleh pembalikan nilai goodwill setelah melepas sebagian besar kepemilikan di Tokopedia ke ByteDance (induk TikTok). Transaksi ini menyebabkan penurunan nilai goodwill yang signifikan, sehingga mempengaruhi laba rugi perusahaan.
- Pelajaran dari Kasus GoTo
Kasus GoTo menekankan pentingnya manajemen yang hati-hati terhadap goodwill dalam transaksi merger dan akuisisi. Nilai goodwill yang besar dapat mencerminkan ekspektasi tinggi terhadap sinergi dan keuntungan masa depan. Namun, jika ekspektasi tersebut tidak tercapai atau terjadi perubahan signifikan dalam struktur perusahaan, seperti pelepasan aset utama, nilai goodwill dapat menurun drastis dan berdampak negatif pada kinerja keuangan.​
Kesimpulan
Goodwill adalah aset tidak berwujud yang muncul dari transaksi akuisisi perusahaan dan mencerminkan nilai lebih dari hal-hal seperti merek, relasi pelanggan, hingga keunggulan teknologi. Meski tidak bisa disentuh secara fisik, keberadaan goodwill sangat penting bagi kesehatan keuangan perusahaan, apalagi jika nilainya cukup besar dalam laporan keuangan.
Bagi para investor, memahami goodwill bisa membantu dalam menilai apakah strategi akuisisi perusahaan berjalan sukses atau justru membawa risiko penurunan nilai. Oleh karena itu, selalu perhatikan posisi goodwill saat menganalisis laporan keuangan, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang rajin melakukan akuisisi.